HOLOPIS.COM, JEPARA – Horog-horog merupakan salah satu dari sekian banyak makanan tradisional yang patut Sobat Holopis coba saat berkunjung ke Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng).

Meskipun memiliki nama yang cukup aneh di telinga, namun rasa daripada makanan tradisional ini patut diacungi jempol. Apalagi jika disantap dengan menu lain, seperti bakso, pecel ataupun sate cecek.

Dewasa ini, horog-horog sudah menjadi makanan yang langka, karena hanya bisa ditemui di Jepara. Sedangkan di wilayah lain, nyaris tidak ditemukan pedagang makanan khas Kota Ukir ini.

Wajar saja, horog-horog sendiri merupakan makanan pengganti nasi yang pada masa kolonial, menjadi makanan utama masyarakat pribumi yang tidak mampu membeli beras.

Selain itu, proses pembuatannya pun cukup terbilang panjang dan lama. Yakni dimulai dari pengerukan sagu dari batang aren, yang kemudian sagu tersebut dibuat menjadi tepung aren, dengan cara dikeringkan dengan bantuan abu diletakkan di atas adonan.

Adonan selanjutnya dikukus secara kering hingga berbentuk gumpalan-gumpalan kecil. Pengukusan ini pun tak hanya dilakukan sekali, melainkan berkali-kali hingga terbentuk gumpalan kristal dengan tekstur kenyal.

Jika melihat proses pembuatannya yang terbilang panjang, harga yang dibanderol untuk sebungkus horog-horog bisa dikatakan sangatlah murah, yakni hanya Rp2.000 saja.

Kendati demikian, horog-horog mempunyai kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Sehingga wajar jika masyarakat Jepara menjadikan makanan satu ini sebagai bahan pangan alternatif.

Di Jepara sendiri, terdapat beberapa desa yang menjadi sentra pembuatan horog horog, diantaranya yakni Desa Bugel, Menganti dan Plajan. Jika Sobat hanya ingin menikmati makanan satu ini, bisa mengunjungi pasar sore Karangrandu yang berada di Kecamatan Pecangaan, Jepara