JAKARTA, HOLOPIS.COMSalah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Nadisyah Hosen memberikan sentilan kepada Presiden Joko Widodo agar tidak berlagak seperti pengamat.

Hal ini dikatakan Gus Nadir (panggilan akrab Nadisyah Hosen) untuk merespon sikap Presiden Jokowi yang mengumbar keheranannya terhadap berbagai situasi ekonomi saat ini.

“Pak Jokowi, sehat selalu ya Pak Presiden. Mohon jadi Presiden saja, Pak. Gak usah jadi pengamat. Biar kami saja yang komen kayak gini,” kata Gus Nadir, Kamis (28/4).

Ia meminta agar Presiden Jokowi fokus saja pada pekerjaannya saat ini, yakni mengeksekusi berbagai kebijakan yang diambil untuk kepentingan rakyat Indonesia.

“Bapak tinggal mengesekusi gagasan sesuai fungsi sebagai kepala pemerintahan. Mosok mau diborong jadi pengamat juga,” ujarnya.

Perlu diketahui sebelumnya Sobat Holopis, sudah 4 (empat) bulan persoalan minyak goreng dirasakan oleh masyarakat hingga akhirnya terjadi kelangkaan stok hingga melambungnya harga minyak goreng kemasan di pasaran. Namun baru kali ini, Presiden Jokowi bersuara dan menyampaikan keluh kesahnya.

Presiden mengaku heran mengapa Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit justru mengalami kesulitan mendapatkan akses minyak goreng. Hal ini disampaikan Kepala Negara itu dalam keterangan persnya di Youtube Sekretariat Presiden pada hari Rabu (27/4).

“Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, ironis kita malah mengalami kesulitan mendapatkan minyak goreng,” kata Presiden Jokowi.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga merasa heran mengapa Indonesia masih saja melakukan impor terhadap jagung. Padahal menurutnya, mudah sekali menanam jagung di Indonesia.

“Jagung masih impor, ya tanam jagung. Kenapa? tanam jagung di mana pun juga tumbuh, kenapa masih impor,” kata Presiden Jokowi saat mengisi sambutan di acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Istana Negara Jakarta, Kamis (28/4).

Begitu juga dengan kedelai. Padahal menurut Jokowi, ada banyak lahan di dalam negeri yang bisa digunakan untuk menanam kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe itu.
“Kedelai kita juga masih impor. Padahal banyak daerah yang sesuai untuk penanaman kedelai, langsung lakukan ini,” tuturnya.