JAKARTA, HOLOPIS.COM – Tanggal 16 Februari menjadi hari paling dinanti-nanti masyarakat Gorontalo. Pasalnya, tanggal 16 Februari merupakan tanggal terbentuknya provinsi Gorontalo, tepatnya 21 tahun silam, yakni di tahun 2001. Sejak saat itu, setiap tanggal 16 Februari diperingati sebagai hari jadi Gorontalo.
Sebenarnya, terbentuknya Provinsi Gorontalo terinspirasi dari semangat Hari Patriotik di tanggal 23 Januari 1942. Maka, pada tanggal yang sama di tahun 2000, rakyat Gorontalo yang diwakili oleh Dr. Ir. Nelson Pomalingo, MPd ditemani oleh Natsir Mooduto sebagai ketua Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomini Raya (P4GTR) serta sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat Gorontalo mendeklarasikan berdirinya Provinsi Gorontalo yang terdiri dari Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo.
Sejak saat itu, Gorontalo dinyatakan berpisah dari Provinsi Sulawesi Utara dan menjadi Provinsi sendiri. Namun secara hukum, Provinsi Gorontalo baru diresmikan pada tanggal 16 Februari 2001, bertepatan dengan pelantikan Tursandi Alwi sebagai Gubernur Gorontalo.
Sejarah Gorontalo dan Kaitannya dengan Islam
Sejarah terbentuknya Provinsi Gorontalo tidak dapat dipisahkan dari Jazirah Gorontalo yang sudah ada sejak 400 tahun yang lalu dan menjadi salah satu kota tua di Sulawesi.
Pada saat itu, pusat agama di Indonesia Timur berada di Bone, Ternate, dan Gorontalo. Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.
Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango.
Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang.
Kemudian di masa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang strategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam. Maka, pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum kolonial datang dan menjajah Indonesia, daerah Gorontalo terdiri dari kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut “Pohala’a”. Di daerah Gorontalo terdiri dari lima Pohala’a, yang meliputi :
1. Pohala’a Gorontalo
2. Pohala’a Limboto
3. Pohala’a Suwawa
4. Pohala’a Boalemo
5. Pohala’a Atinggola
Di antara kelima Pohala’a tersebut, Gorontalo menjadi pohalaa yang paling menonjol. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.
Selain itu, Gorontalo juga dikenal dengan adat istiadatnya yang kental. Bahkan, masuk dalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah “Adat bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitabullah”.
Raja pertama di Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan Amai, yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan Amai.