JAKARTA, HOLOPIS.COM – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendorong perubahan pola pikir para pejabat dalam menjalankan negara Indonesia ini.
Dengan kondisi negara maritim yang sangat besar, sudah seharusnya setiap pejabat maupun elite di bangsa ini mampu memiliki wawasan dan pemikiran yang luas. Prabowo melanjutkan jika Indonesia merupakan salah satu negara besar yang mampu menaklukan dan keluar dari invasi Mongol.
“Ini yang harus kita ajarkan. Sejarah besar negara kita. Elit kita harus tau itu, jangan berfikir kecil, kita ini merupakan negara yang besar,” kata Prabowo saat menerima paparan tim Pokja workshop Urban Warfare dan dokumen strategis di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Senin (27/12).
Oleh karena itu, Prabowo mengingatkan agar setiap masyarakat, utamanya para prajurit TNI bisa memahami sejarah masa lalu Indonesia sampai dengan saat ini. Pelajaran sejarah jadi hal mendasar dan penting bagi sebuah negara.
“Hobi saya belajar sejarah. Tidak ada negara yang akan survive jika tentaranya tidak kuat. Untuk bisa kuat semua itu ada hitungan, kita bicara apa adanya. Kita lihat bagaimana strateginya, bagaimana postur pertahanannya, gelar pasukannya,” ungkapnya.
Prabowo kemudian mengapresiasi paparan konsep dokumen strategis pertahanan negara terkait strategi peperangan asimetris, dokumen strategis dan doktrin, serta postur pertahanan negara.
“Produk ini bisa kita kerjakan. Konsep sudah dan masih butuh pertimbangan lagi, butuh pematangan, diperinci apa yang perlu dipertajam. Kalo bisa rencana ide produk ini bisa kita paparkan nanti saat rapat pimpinan nasional,” katanya.
Prabowo juga berpesan agar seluruh peserta working group dapat menyampaikan hal ini dengan se-detail-detailnya. Bahkan, jangan sampai ada rasa sungkan untuk menyampaikan hal yang memang dirasakan perlu.
“Sampaikan dan bicara dari hati ke hati, jangan takut senior atau atasan. Siapa pun termasuk Kepala Staf Angkatan, Panglima TNI. Sampaikan kekurangan yang saat ini kita hadapi dan kita rasakan,” tegasnya.
Prabowo menambahkan, dengan adanya konsep working group ini, diharapkan juga bisa merubah pola pikir mengenai kondisi peperangan.
“Saya ingin working group ini tidak bubar. Orang bisa diganti, tapi proyeksi kita tetap berjalan. Kita keluar dari pikiran lama bahwa dalam waktu 25 tahun sampai 30 tahun, Indonesia tidak akan terjadi perang,” tandasnya.