JAKARTA – Banyak orang tua meyakini bahwa gula adalah penyebab utama hiperaktivitas pada anak-anak. Pendapat ini telah menjadi kepercayaan umum selama bertahun-tahun, tetapi sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Studi yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara konsumsi gula dengan perilaku hiperaktif pada anak-anak.
Sebaliknya, perilaku hiperaktif lebih sering muncul akibat faktor lain, seperti situasi sosial, ekspektasi orang tua, atau lingkungan yang merangsang, seperti pesta ulang tahun.
Mitos ini mungkin muncul karena anak-anak sering kali diberi makanan manis dalam situasi yang memang sudah menyenangkan atau penuh energi. Misalnya, ketika mereka makan permen di acara-acara spesial, orang tua mungkin salah mengartikan bahwa gula adalah penyebab utama kegembiraan mereka.
Penelitian Terkait Konsumsi Gula dan Anak-anak
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal pediatrik juga menunjukkan bahwa ekspektasi orang tua terhadap pengaruh gula dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap perilaku anak-anak mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa konsumsi gula berlebihan memang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius. Selain obesitas, gula berlebih dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, kerusakan gigi, serta gangguan metabolisme lainnya. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan manis juga dapat mengembangkan pola makan yang tidak sehat di masa dewasa. Karena itu, orang tua tetap perlu mengontrol asupan gula anak-anak untuk memastikan pola makan yang sehat dan seimbang.
Meskipun gula tidak menyebabkan hiperaktivitas, kebiasaan mengonsumsi gula secara moderat tetap penting untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan. Dengan memahami fakta ini, Sobat Holopis dapat lebih bijak dalam membedakan antara mitos dan realitas, serta mengambil keputusan yang tepat untuk kesehatan keluarga.