JAKARTA – Aktris cantik Cinta Laura dikenal dengan logatnya dengan bahasa Inggris yang kental. Namun, di film terbarunya berjudul ‘Panggonan Wingit 2: Mis K’, Cinta justru dituntut untuk menjadi sangat lokal dengan penuturan bahasa Jawa yang fasih.
Dalam film barunya itu, Cinta harus memerankan karakter Alma yang diceritakan berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Oleh sebab itu, di banyak adegan Cinta harus berbicara dalam bahasa Jawa, khususnya Jawa Timur, untuk menguatkan penggambaran karakternya.
Cinta yang merupakan blasteran Indonesia – Jerman mengaku tidak kesulitan saat mempelajari bahasa Jawa. Pasalnya selain ada pelatih khusus, ia hanya mempelajari kalimat-kalimat yang ada di dalam skrip saja, tidak bahasa Jawa secara menyeluruh.
“Aku belajar bahasa Jawa nya nggak dari nol ya, bukan kayak orang belajar bahasa baru, tapi dengan dialog yang sudah ada kita adjust dengan bahasa Jawa Timur, dari situ aku mempelajari kata per kata bagaimana mengucapkannya dengan baik dan benar,” ungkap Cinta di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (20/12).
Alih-alih kesulitan, Cinta justru mengaku bersyukur mendapatkan tawaran ini. Pasalnya kata pelantun ‘Oh Baby’ tersebut justru memberinya pengetahuan baru tentang budaya Indonesia dari sisi culture.
“Aku bersyukur dengan project ini, karena dari project ini aku baru benar-benar tau bahwa bahasa Jawa itu sangat beragam, orang yang berbahasa Jawa di Jawa Tengah memiliki dialek yang berbeda dengan Jawa Timur,” katanya.
Selain mempelajari bahasa Jawa, Cinta juga ditantang untuk melakukan rangkaian adegan aksi yang intens. Meski demikian, Cinta merasa tidak terlalu kesulitan karena dirinya sudah cukup terbiasa dengan adegan-adegan tersebut karena hal-hal yang menantang secara fisik menjadi favorit aktris kelahiran 17 Agustus 1993 tersebut.
“Kalau soal action-nya, mungkin karena aku sebelumnya sempat melakukan project series action, aku cukup fresh untuk datang ke set ‘Panggonan Wingit 2’ dan udah sangat terbiasa melakukan koreografi,” imbuhnya.
Film ‘Panggonan Wingit 2: Mis K’ sendiri mengambil latar tahun 1998 di Surabaya. Mengikuti kisah Alma dan Mia yang baru saja kehilangan ibunya. Keduanya pun memutuskan pindah ke Surabaya karena Mia mendapatkan pekerjaan sebagai manajer di Apartemen Sasmaya. Di apartemen itulah, keduanya akan mengalami hal-hal tak biasa dari sebuah panggonan wingit di unit apartemen 610.
Ternyata unit 610 itu adalah sebuah tempat angker yang akan merenggut nyawa jika dibuka. Siapapun yang membukanya akan melihat sosok seorang wanita dan anak kecil perempuan, lalu empat hari kemudian akan mati dimutilasi di waktu maghrib.