JAKARTA – Atasi ancaman bencana hidrometeorologi Pemprov Daerah Khusus Jakarta telah menyiapkan berbagai upaya dalam mengantisipasinya. Pemantauan kondisi cuaca pun dilakukan secara terus menerus.
Penjabat (Pj.) Gubernur Daerah Khusus Jakarta, Teguh Setyabudi mengatakan, secara geografis wilaha Jakarta tidak luput dari adanya ancaman bencana hidrometeorologi, seperti genangan akibat curah hujan tinggi dan banjir rob, sehingga ia menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Daerah Khusus Jakarta untuk memantau perkembangan kondisi cuaca, serta memberikan update informasi kepada masyarakat secara berkala.
“Sinergi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dilakukan guna mempercepat penanganan banjir rob. Di antaranya Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Sosial, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Satpol PP, Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), serta satuan Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI,” terangnya, seperti dikutip Holopis, Rabu (18/12).
Dikatakan Teguh, Pemprov telah menyiagakan perahu karet dan perahu sekoci PE (polyethylene) untuk transportasi warga yang terdampak banjir rob. Selain itu pihaknya juga menyediakan pompa polder, pompa mobile, pompa stasioner, dan satgas perbantuan untuk mempercepat penanganan banjir rob.
“Kami juga selalu memberikan bantuan nasi box dan air mineral untuk makan pagi, siang, dan malam,” tuturnya.
Ia melanjutkan, Pemprov DKJ juga telah melakukan penanganan banjir rob jangka panjang melalui pembangunan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di 12 titik lokasi dengan panjang keseluruhan mencapai 39 kilometer. Rinciannya, dari total panjang tersebut, kewenangan Pemprov Jakarta mencakup 21 kilometer.
“Dari 21 kilometer, sudah terbangun sepanjang 8,2 kilometer, dan sisanya 12,8 kilometer belum terbangun. Sisi lainnya, sepanjang 18 kilometer merupakan kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu 14,7 kilometer sudah terbangun dan 3,3 kilometer belum terbangun. Pembangunan ini ditargetkan rampung pada 2030,” imbuh Teguh.
Selain itu, Pemprov DKJ juga telah melaksanakan dua kali Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yaitu Tahap I pada 7-9 Desember dan Tahap II pada 13-16 Desember. Nantinya, OMC akan dilanjutkan sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
Teguh menambahkan, operasi ini bertujuan mengurangi potensi bencana hidrometeorologi di wilayah Jakarta, serta menurunkan risiko banjir dan genangan. Seperti pada OMC Tahap l, terbukti mampu mengurangi intensitas hujan hingga 67 persen di beberapa wilayah Jakarta.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas SDA Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Ika Agustin mengungkapkan, durasi terjadi rob dapat bervariasi dari beberapa faktor, seperti siklus pasang surut, topografi wilayah, dan kondisi cuaca. Ia mengatakan, durasi tersebut berlangsung sekitar dua hingga enam jam setiap terjadi air pasang.
“Kondisi rob ini juga dipengaruhi faktor topografi wilayah. Seperti di wilayah pesisir dengan permukaan tanah rendah atau di bawah permukaan laut, air rob bisa terperangkap lebih lama. Sehingga, kami mengoptimalkan operasional pompa stasioner maupun mobile untuk dapat mengalirkan air dan optimalisasi saluran drainase agar air dapat mengalir dengan lancar,” pungkas Ika.