JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo melihat Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) tidak akan agresif menurunkan suku bunga pada tahun depan.
Perry memperkirakan The Fed hanya akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun 2025. Proyeksi ini turun dibandingkan sebelumnya, yang sempat diramal olehnya sebanyak empat kali.
“Kami perkirakan Fed Fund Rate tahun depan kemungkinan hanya turun dua kali setelah sebelumnya saya perkirakan empat kali, jadi dua kali,” kata Perry dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Senin (16/12).
Menurutnya, sikap The Fed dalam meramu kebijakan moneternya itu dipengaruhi oleh naiknya inflasi global dan pertumbuhan ekonomi AS.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi global pada 2025 akan menurun menjadi 3,1 persen, dan 3,0 persen pada 2026, imbas dari ketidakpastian global efek kebijakan presiden terpilih AS, Donal Trump.
Terpilihnya kembali Trump akan membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian global. Hanya AS, menurut Perry, yang akan memiliki pertumbuhan ekonomi positif pada 2025 dan 2026.
“Dunia akan menurun, tetapi perpindahan satu negara dan negara lain berbeda-beda. Ekonomi dunia akan menurun dari sekarang 3,2 persen ke 3,1 persen tahun 2025 dan turun ke 3% di tahun 2026” kata Perry.
Lebih lanjut, Perry juga mengingatkan adanya risiko dari kenaikan imbal hasil suku bunga obligasi pemerintah AS alias US Treasury yang sangat tinggi dalam dua tahun ke depan.
Dia mengungkapkan, yield US Treasury akan meningkat ke 4,7 persen pada 2025 dan 5,0 persen di 2026. Hal ini terjadi karena defisit fiskal dan utang pemerintah Amerika yang terus membengkak.
“Fed Fund Rate akan turun lebih sedikit,” ujarnya.
Kemudian, imbal hasil US Treasury, obligasi AS, meningkat tajam dan memperkuat posisi dolar AS. Kondisi ini memicu investor global berlomba-lomba ingin investasi di pasar AS.
“Itu masalahnya suku bunga tinggi dan dolarnya kuat,” ungkap Perry.