Holopis.com JAKARTA – Kabar terkait rencana Shell menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU miliknya di Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat menghebohkan publik.

Namun, penutupan SPBU swasta tersebut tidak begitu berdampak serius terhadap masyarakat, yang dalam hal ini terkait penyediaan BBM bagi masyarakat. Penilaian itu sebagaimana dikatakan mantan anggota DPR, Mulyanto.

Menurutnya, porsi konsumsi BBM Shell di kalangan masyarakat Indonesia selama ini terbilang sangat minim sehingga tidak akan berdampak secara signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan BBM.

Dia bahkan memperkirakan penutupan Shell menjadi kesempatan bagi Pertamina selaku perusahaan milik negara untuk meningkatkan porsi pelayanannya ke masyarakat.

“Kabar ini mengonfirmasi bahwa bisnis migas Pertamina semakin hari semakin dominan secara nasional. Karena itu masyarakat harus benar-benar mengawasi kinerja Pertamina jangan sampai anjlok,” kata Mulyanto dalam keterangan resminya, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (26/11).

Dia menuturkan, bahwa rencana penutupan SPBU Shell sebenarnya sudah muncul sejak Maret 2024. Shell berencana menutup 1.000 SPBU mereka di kawasan Asia, termasuk Indonesia mulai 2025.

Alasannya, raksasa energi asal Inggris itu akan fokus pada bisnis di sektor green energy. Shell secara khusus akan berinvestasi lebih masif di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Menurut Mulyanto, ini menjadi konsekuensi logis di era senjakala bisnis migas yang kompetisinya semakin keras. Kasus Shell ini sekaligus memperlihatkan semakin kuatnya dominasi Pertamina di sektor hilir migas, setelah sebelumnya terjadi penguatan bisnis mereka di sektor hulu.

“Di sektor hulu sendiri, Pertamina kini telah mendominasi lifting minyak nasional lebih dari 60 persen. Sementara dominasi Pertamina di sektor hilir migas, yakni pengoperasian SPBU nasional mencapai sebanyak lebih dari 90 persen, bahkan sampai ke daerah 3T,” tuturnya.

Mulyanto menjelaskan, sinergi hulu-hilir itu menyebabkan daya saing Pertamina di sektor hilir migas semakin kokoh, di samping juga kepercayaan Pemerintah yang menyerahkan distribusi BBM bersubsidi kepada BUMN migas yang satu ini.

“Oleh karenanya, DPR dan masyarakat benar-benar memelototi kinerja Pertamina. Jangan sampai kinerjanya jeblok setelah ini,” tandas Mulyanto.