HOLOPIS.COM, JAKARTA – Terusan Suez, yang menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah, adalah jalur perairan strategis sepanjang 193 km yang terletak di Mesir, tepat di sebelah barat Semenanjung Sinai.
Dibuka pertama kali pada 17 November 1869, terusan ini adalah hasil dari kerja keras insinyur Prancis, Ferdinand Vicomte de Lesseps, yang memimpin proyek ambisius ini dengan tujuan untuk mempermudah transportasi laut antara Eropa dan Asia, tanpa perlu mengelilingi Benua Afrika. Terusan ini menjadi salah satu prestasi teknik terbesar pada abad ke-19 dan merubah peta perdagangan dunia.
Setiap tanggal 17 November, Mesir merayakan Hari Terusan Suez, untuk memperingati pembukaan terusan yang menandai sebuah era baru dalam perdagangan dan hubungan internasional.
Pembukaan Terusan Suez : Sebuah Revolusi dalam Perdagangan Dunia
Sebelum adanya Terusan Suez, kapal yang ingin berlayar antara Laut Tengah dan Laut Merah harus mengelilingi Benua Afrika, atau mengangkut barang-barang melalui jalur darat yang memakan waktu dan biaya tinggi. Dengan adanya terusan ini, perjalanan menjadi lebih efisien, mengurangi waktu tempuh antara Eropa dan Asia dari beberapa bulan menjadi hanya beberapa minggu. Oleh karena itu, terusan ini sangat penting dalam memfasilitasi perdagangan internasional dan memperkuat posisi Mesir sebagai pusat perdagangan global.
Pada tanggal 17 November 1869, Terusan Suez secara resmi dibuka. Acara pembukaan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh internasional dan menjadi simbol kemajuan teknologi dan ekonomi pada masa itu. Terusan yang dibangun dengan biaya besar dan tantangan teknis yang tinggi ini segera menjadi jalur vital bagi pengiriman barang, terutama minyak dan komoditas penting lainnya.
Krisis Suez : Peran Strategis Terusan dalam Politik Dunia
Terusan Suez tidak hanya berperan dalam perdagangan, tetapi juga dalam konflik internasional. Pada masa Perang Dunia I, terusan ini berada di bawah kendali Inggris dan menjadi objek perebutan antara pasukan Sekutu dan Poros. Terusan ini kembali menjadi pusat perhatian dunia pada 1956, saat Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser memutuskan untuk menasionalisasi Terusan Suez pada 26 Juli 1956.
Langkah ini memicu Krisis Suez, di mana Prancis, Inggris, dan Israel melakukan serangan gabungan terhadap Mesir untuk merebut kembali kontrol atas terusan tersebut. Krisis ini berakhir setelah intervensi internasional, termasuk PBB, Amerika Serikat, dan Uni Soviet, yang memaksa pasukan asing untuk mundur dan mengembalikan kontrol kepada Mesir. Keputusan ini menjadi momen penting dalam sejarah politik Mesir dan memperkuat posisi Presiden Nasser di dunia Arab.
Perang Enam Hari dan Perang Yom Kippur : Terusan Suez dalam Konflik Militer
Pada 1967, dalam Perang Enam Hari, Israel berhasil merebut Terusan Suez dari Mesir, yang menyebabkan terusan ditutup untuk pengiriman barang dari Mesir dan menempatkan terusan di tengah konflik antara Mesir dan Israel. Selama beberapa tahun, terusan berfungsi sebagai garis pemisah antara kedua negara, dengan Israel mendirikan Garis Bar-Lev di sepanjang terusan untuk memperkuat pertahanannya.
Pada Perang Yom Kippur tahun 1973, Mesir berhasil merebut kembali bagian selatan Terusan Suez, namun Israel melakukan serangan balasan yang mengakibatkan perubahan besar di medan perang. Meskipun secara militer Mesir tidak menang, mereka berhasil meraih kemenangan diplomatik, yang memungkinkan mereka mengembalikan kendali atas seluruh terusan dan Semenanjung Sinai melalui perundingan.
Pembukaan Kembali Terusan Suez pada 1975
Setelah beberapa tahun dalam ketegangan dan penutupan, Terusan Suez akhirnya dibuka kembali pada tahun 1975, pasca perjanjian damai antara Mesir dan Israel. Dengan pembukaan kembali terusan ini, Mesir tidak hanya mengembalikan kendali atas jalur perdagangan vital ini, tetapi juga menguatkan posisi mereka di kawasan Timur Tengah.
Hari Terusan Suez: Simbol Kemajuan dan Kedaulatan Mesir
Peringatan 17 November setiap tahunnya kini menjadi momen penting bagi Mesir. Hari ini tidak hanya memperingati pembukaan Terusan Suez, tetapi juga mengingatkan dunia akan perjuangan Mesir dalam mempertahankan kedaulatan atas terusan yang sangat strategis ini. Selain itu, Hari Terusan Suez juga menjadi simbol keberhasilan Mesir dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kontrol atas sumber daya alam mereka, terutama setelah masa penjajahan dan krisis internasional.
Hari Terusan Suez menjadi momen refleksi bagi bangsa Mesir, di mana mereka mengenang betapa pentingnya terusan ini dalam sejarah ekonomi dan politik dunia. Sebagai salah satu jalur perdagangan yang paling sibuk di dunia, Terusan Suez tetap menjadi simbol vitalitas Mesir dalam geopolitik global.