HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengungkapkan optimismenya bahwa program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bakal berjalan sukses.
Dia pun menyebut, bahwa pihaknya telah menyiapkan pendekatan yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, demi mencapai tujuan swasembada pangan tersebut.
Keyakinan itu disampaikan Amran saat mendapat pertanyaan dari anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP, Rokhmin Dahuri dalam rapat kerja yang berlangsung pada hari ini, Selasa (5/11).
Dalam raker tersebut, Mentan diminta untuk menyampaikan stretegi yang akan dia ambil untuk memastikan program swasembada tidak gagal, seperti di pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
“Program prioritas di pemerintahan Prabowo adalah swasembada pangan, dan kelihatannya jurus Bapak (Amran) hanya dua, yakni program pencetakan sawah dan optimalisasi existing lahan pertanian,” ujar Rokhmin.
“History food estate di Indonesia sejak zaman Pak Harto (Presiden kedua RI Suharto) gagal, apa kiat-kiat bahwa dengan program Bapak tidak gagal?” tanyanya.
Menanggapi pertanyaan itu, Mentan Amran menyebut adanya kekeliruan yang terjadi di Kementerian Pertanian (Kementan) pada pemerintahan terdahulu, di mana program swasembada dijalankan tidak dalam satu komando.
Menurut dia, adanya ego sektoral menyebabkan program swasembada pangan yang telah direncanakan oleh pemerintahan-pemerintahan terdahulu menjadi gagal.
“Ada kekeliruan dulu, pertanian kita keliru, tidak satu komando. Jadi seluruh penentu produksi bukan di Pertanian. Ini salah, tapi kita teruskan. Tidak satu komando. Jadi dari hulu ke hilir, itu tanggung jawab kepada satu komando. Kalau seperti dulu, pasti gagal,” jawab Amran
Selain itu, gagalnya program swasembada pangan di era sebelumnya juga disebabkan oleh masalah di sektor perpupukan. Dia pun merasa beruntung, karena kini masalah pupuk sudah bisa diselesaikan dengan baik.
“Pupuk sudah kami tambah 100 persen dan itu perintah Pak Menhan serta juga usulan ke Pak Jokowi waktu itu. (Masalah pupuk lain) dalam APBN juga anggaran pupuk itu rupiah, dolar, bukan kuantum,” ujarnya.
Dia menyebut, bahwa masalah penganggaran pupuk dalam bentuk mata uang tersebut mungkin dianggap sepele oleh sebagian pihak. Namun menurutnya, hal itulah yang kemudian membawa malapetaka di sektor pertanian.
“Hanya satu kata, tapi menghancurkan pertanian Indonesia. Seharusnya kuantum, karena tanaman ini butuh kuantum,” tuturnya.
Tak cuma itu, Amran juga menyampaikan bahwa alat dan mesin pertanian (alsintan) juga punya peran sangat penting untuk menyukseskan program swasembada pangan di Indonesia.
Dia menegaskan, alsintan saat ini telah diperbarui ke teknologi yang jauh lebih mutakhir untuk zaman modern seperti saat ini.
“Kalau dengan menggunakan kerbau tradisional, pendekatan tradisional, tidak mungkin. Akhirnya kami katakan ini adalah pendekatan yang full mekanisasi dari hulu ke hilir. Kami rancang ke depan membangun kluster semua cetak sawah baru, pertanian modern. Kalau tidak disupport dengan alat pertanian, gagal. Kami pendekatannya adalah teknologi dan kita libatkan milenial untuk mengontrol ini,” kata dia.