HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kantor Staf Presiden (KSP) mengakui adanya penurunan kasta pada kelompok masyarakat kelas menengah. Hal itu disampaikan Deputi III Bidang Perekonomian KSP, Edy Priyono.
Namun Edy menegaskan, penurunan tersebut tidak sampai membuat kelompok masyarakat kelas menengah tersebut masuk dalam jurang kemiskinan.
“Kelas menengah turun, itu benar. Tetapi tidak sampai jatuh miskin,” kata Edy dalam keterangannya, sebagaimana dikutip Holopis.com, Minggu (6/10).
Pernyataan tersebut disampaikan Edy bukan tanpa alasan. Pasalnya, tidak ada indikasi penurunan angka angka kemiskinan dan juga angka ketimpangan sosial dalam beberapa waktu terakhir.
Edi pun memaparkan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2014, tingkat kemiskinan berada di 6,18 persen dan kemiskinan ekstrem berada di 11,25 persen.
Angka tersebut terus menurun di mana pada 2024 angka kemiskinan berada di 0,83 persen dan kemiskinan ekstrem berada di 9,03 persen.
“Banyak yang bilang kita makin timpang dan sebagainya, banyak orang makin miskin, tapi data menunjukkan tidak. Tingkat kemiskinan kita turun, baik tingkat kemiskinan biasa maupun tingkat kemiskinan ekstrem,” terang Sri Mulyani.
Diketahui, bahwa penurunan masyarakat kelas menengah sejauh ini memicu sejumlah polemik di masyarakat, hingga banyak yang menyangka, kondisi perekonomian RI yang deflasi dalam 5 bulan terakhir akibat penurunan daya beli masyarakat.
Namun Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, deflasi yang terjadi dalam kurun waktu lama itu bukan karena penurunan daya beli masyarakat.
“Jadi kalau kemudian harga pangan kembali stabil, bahkan menurun, itu karena waktu itu sempat naik tinggi. Jadi tentu (kondisi saat) ini jadi hal yang positif,” ujar Sri.
Sri menjelaskan, data perekonomian nasional saat ini masih menunjukkan bahwa permintaan masyarakat masih tinggi. Di dalam data tersebut, dikatakan Sri, terdapat komponen harga emas, sehingga kenaikan harga yang terjadi sangat berpengaruh terhadap kondisi inflasi inti (core inflation).
Karenanya, dengan data inflasi dalam lima bulan terakhir dipengaruhi oleh harga pangan yang kerap bergejolak (volatile food) dan kenaikan harga komoditas, Sri pun menilai bahwa kondisi tersebut masih sesuai harapan.
“Bahwa harga makanan saat ini berada di level yang cukup stabil, sehingga (kondisi) ini tentu bagus untuk masyarakat sebagai konsumen, terutama bagi kalangan kelas menengah,” pungkasnya.