HOLOPIS.COM, JAKARTA – SETARA Institute memberikan apresiasi kepada aparat keamanan baik TNI dan Polri dalam rangka untuk mengatasi kelompok KKB Papua, khususnya dalam operasi pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens.
Hal ini karena tidak ada kegiatan angkat senjata dalam proses pembebasan dan pelepasan Kapten Philip yang terjadi pada hari Sabtu, 21 September 2024 kemarin.
“Proses pembebasan sandera yang berlangsung tanpa kekerasan ini menunjukkan bahwa dialog dan pendekatan persuasif dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengakhiri ketegangan dan konflik di Papua,” kata Peneliti SSR dan Human Security SETARA Institute, Ikhsan Yosarie dalam keterangan persnya yang diterima Holopis.com, Jumat (27/9).
Ia sangat setuju dengan cara-cara non militer dalam melakukan pendekatan dengan kelompok separatis Papua tersebut. Sebab, ia yakin mereka dapat disentuh hatinya dengan melakukan pendekatan-pendekatan persuasif dan humaniter.
“Pendekatan persuasif tidak hanya mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan. Tetapi juga menciptakan ruang bagi dialog yang konstruktif dan efektif,” ujarnya.
Atas dasar itu, SETARA Institute berharap agar penyelesaian konflik di Papua antara separatis KKB dengan pemerintah Indonesia dilakukan dengan pendekatan yang lebih humanis demi menciptakan kondusifitas.
“Ini merupakan momentum untuk mengevaluasi pendekatan keamanan dalam mengatasi konflik di Papua dan terbukti sejauh ini gagal,” tegasnya.
Kemudian, Ikhsan juga menyampaikan bahwa pendekatan persuasif dari sisi nilai dan secara paradigmatik lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang kental dengan gotong royong dan musyawarah.
Pemerintah seharusnya segera membentuk utusan khusus atau special envoy ke Papua.
“Pendekatan dialog dan persuasi perlu menjadi arus utama dalam respons negara terhadap konflik, tidak hanya di Papua tetapi juga di daerah lain saat ini dan di masa depan,” tuturnya.
Di samping itu, langkah pengarusutamaan pendekatan persuasif juga dinilai sejalan dengan paradigma keamanan manusia (human security) dan dapat menjadi upaya transformatif dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua.
Keberlanjutan transformasi ke arah perwujudan rasa aman dan damai memerlukan komitmen dan kehendak politik dari para pihak untuk membangun kepercayaan kuat satu sama lain.
Apalagi pendekatan persuasif yang terbukti berhasil dalam pembebasan pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens seharusnya semakin menggerakkan sumber daya pemerintah untuk mengaktivasi sekaligus mengefektifkan dialog pemerintah dengan seluruh elemen anak bangsa di Papua dan berbagai aktor kunci untuk Papua, dari masyarakat sipil, perguruan tinggi, hingga badan-badan pemerintah.
“Pemerintah seharusnya segera membentuk utusan khusus atau special envoy ke Papua dengan misi utama untuk penyelesaian konflik secara damai dan mewujudkan Papua damai atau peaceful Papua,” terang Ikhsan.
Namun sebagai catatan, utusan khusus yang dibentuk nanti adalah berasal dari mereka yang benar-benar bisa menyatu dengan masyarakat Papua agar suara dan kepentingan bersama dapat saling terakomodir.
“Utusan ini haruslah individu yang dapat dipercaya dan diterima oleh masyarakat Papua, agar komunikasi yang terjalin tidak terkesan politis dan formalistis belaka,” pungkasnya.