HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pasukan Israel semakin terang-terangan menggempur Lebanon. Pesawat-pesawat tempur dari Israel baru saja menggempur Lebanon pada Sabtu (21/9) waktu setempat.

Perang besar pun dikhawatirkan akan terjadi. Apalagi serangan Israel di Beirut telah menyebabkan komandan senior Hizbullah, yang termasuk di antara 37 pejabat Lebanon yang meninggal dunia.

“Lusinan pesawat tempur Israel secara luas telah menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon selatan, untuk menghilangkan ancaman terhadap warga Israel,” demikian disampaikan Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dikutip Holopis.com, Minggu (22/9).

Sebagai informasi, selama hampir satu tahun pejuang Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, telah saling baju tembak dalam melintasi perbatasan dengan pasukan Israel.

Hal tersebut adalah sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Palestina, sekutu Hamas.

Namun konflik antara mereka sudah semakin panas di akhir Agustus ini. Akibat serangan dari pesawat tempur Israel, sebanyak 37 orang di Beirut meninggal dunia.

Terlihat para pelayat berkumpul di ibu kota Lebanon dalam rangka menghadiri pemakaman tiga anggota Hizbullah lainnya.

Melihat serangan dari Israel, seorang warga Lebanon menilai bahwa peperangan sudah dimulai.
“Kami rasa perangnya sudah dimulai,” demikian disampaikan Zeinab.

Puluhan Walkie-Talkie Isi Bom Tewaskan Masyarakat Lebanon

Seperti diberitakan Holopis.com sebelumnya, peperangan semakin panas ketika beberapa pager/walkie-talkie berisi bom meledak di Lebanon dan membuat puluhan orang meninggal dunia, dan ratusan lainnya luka-luka.

Hizbullah menuding serangan tersebut adalah perbuatan Israel. Momen itu membuat hubungan keduanya semakin kelam dan perang semakin mendekat di depan mata.

Sementara itu, Jenderal PBB Antonio Guterres memberikan peringatan risiko serius dari eskalasi yang dramatis. Ia kemudian meminta berbagai pihak untuk benar-benar menahan diri.

“Jelas logika dari meledakkan semua perangkat ini adalah untuk melakukan serangan pendahuluan sebelum operasi militer besar-besaran,” demikian disampaikan Antonio Guterres.