HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa cacar monyet atau Mpox yang ditemukan di Indonesia memiliki jenis atau subvarian Clade 1B.

Menurutnya, subvarian Mpox ini tidak cukup galak dan memiliki angka fatalitas yang lebih rendah, bahkan masih kurang dari 1 persen saja.

“Untuk Clade 1B kasus Mpox yang kita temukan di Indonesia ini ini gejalanya lebih ringan dan angka fatalitasnya itu kurang dari 1%. Jadi banyak yang kemudian positif Mpox tapi dia tidak perlu dilakukan perawatan di rumah sakit,” kata Siti Nadia dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Selasa (3/9).

Untuk melakukan perawatan terhadap pengidap atau suspeksi cacar monyet ini, Siti Nadia menyarankan agar pasien melakukan isolasi mandiri saja selama kurang lebih 14 hari. Pasien tidak boleh keluar sembarangan, apalagi melakukan kontak fisik dengan orang lain.

“Cukup dirawat atau dilakukan isolasi di rumah, kurang lebih 14 hari, ya. Artinya dia tidak boleh keliaran di tempat-tempat umum ya, karena kemudian ini memang penyakit ini menular,” ujarnya.

Dijelaskan Siti Nadia, virus Mpox ini merupakan jenis penyakit menular. Di mana proses penularannya terjadi karena sebab sentuhan fisik. Di mana kulit bertemu dengan kulit atau melalui cairan tubuh dan sejenisnya.

“Dan kita tahu penularan dari pada Mpox ini adalah melalui kontak langsung, baik itu bersentuhan kulit dengan kulit, kemudian ada kontak langsung mukosa dengan mukosa, atau cairan tubuh,” jelasnya.

Sehingga bagi pengidap Mpox, sebaiknya tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu dengan pasangan agar tidak terjadi penularan virus.

“Jadi kalau kita berciuman atau misalnya berhubungan seksual itu terjadi ya kontak langsung. Ini yang potensi menyebabkan terjadinya penularan,” sambungnya.