HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kasus dugaan pencatutan KTP warga DKI Jakarta untuk pemenuhan syarat administrasi pencalonan Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta semakin mencuat. Salah satunya berasal dari ekonom sekaligus pakar kebijakan publik, Achmad Nur Hidayat.
Ia mengunggah informasi bahwa KTP-nya telah digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh tim pemenangan Dharma dan Kun dalam sistem informasi KPU untuk memberikan dukungan politik kepada pasangan bakal cagub cawagub jalur independen itu.
“Nama Saya juga dicatut namanya. Padahal saya tidak pernah mendukung calon Independen Drs Dharma Pongrekun,” kata Nur Hidayat dalam tweetnya di X seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (17/8).
Menurutnya, peristiwa tersebut jelas adalah bentuk kejahatan digital yang tidak boleh dibiarkan. Ia pun berjanji akan menindaklanjuti kasus ini sampai tuntas.
“Ini adalah manipulasi data. Akan saya kejar yang mencatut nama saya ini,” ujarnya.
Tidak hanya Achmad Nur Hidayat, ternyata Anies Baswedan juga mengeluhkan hal yang sama. Di mana nama kedua anaknya yakni Mikail Azizi Baswedan dan Kaisar Hakam Baswedan juga dicatut.
“Alhamdulillah, KTP saya aman. Tapi KTP dua anak, adik, juga sebagian tim yang bekerja bersama ikut dicatut masuk daftar pendukung calon independen,” tulis Anies.
Yang tak kalah unik adalah, fakta bahwa identitas warga DKI Jakarta yang sudah meninggal dunia pun ternyata dicatut untuk pemenuhan data dukungan politik Dharma Pongrekun dan Kun Wardana.
Hal ini disampaikan oleh salah satu netizen bernama Varinta Zein. Ia mendapati data bahwa nama sang nenek yang sudag wafat ternyata ada di dalam data KPU untuk dukungan politik Dharma – Kun tersebut.
“@KPU_ID harus berani buat blacklist Dharma Pongrekun!!!. Gila ya bisa2 nya nenek gue yang orangnya udah wafat KTP nya juga ikut dicatut! Segitunya banget cari suara sampe gak beretika begini,” tulis @varzein.
Dan masih banyak lagi keluhan warga DKI Jakarta di mana KTP mereka digunakan secara tak bertanggung jawab.