HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, bahwa pemerintah terus mendorong penerapan teknologi Carbon Capture and Storage dan Carbon Capture Utilisation and Storage (CCS/CCUS).
Dia pun menyebut, bahwa saat ini sudah banyak investor yang sudah mengantre untuk bisa menggarap proyek penangkapan dan penyimpanan karbon tersebut di Tanah Air.
“Kan banyak (investor) yang antre,” kata Luhut dalam acara 2nd International & Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2024, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (31/7).
Dia pun membeberkan, salah satu proyek yang tengah dibidik investor adalah penerapan CCS di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Banten, yang diperkirakan bakal terpasang dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.
Lebih lanjut, Luhut menegaskan, bahwa Indonesia memiliki peran sentral dalam investasi teknologi CCS melalui berbagai proyek, seperti proyek Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat, dan di Cekungan Sunda-Asri, Jawa Barat.
“Ada peluang investasi sebesar 1,2 miliar dolar AS. Kita sedang menghitung berapa angka yang bisa didapat dari potensi CCS kita, karena kita memiliki kapasitas penyimpanan CO2 sebesar 630 giga ton,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto menyatakan, bahwa sudah ada sejumlah investor asing yang tertarik bergabung di bisnis tangkap karbon tersebut. Beberapa diantaranya seperti ExxonMobil, Repsol, dan British Petroleum (BP).
Dikatakannya, Repsol telah berencana mengembangkan proyek CCS di Blok Sakakemang, Bayuasin, Sumatera Selatan. ExxonMobil Indonesia juga diketahui tengah mematangkan pengembangan proyek CCS di Cekungan Sunda-Asri.
Sementara itu, BP juga telah mendapatkan persetujuan rencana pengembangan atau plan of development CCS untuk Lapangan Gas Ubadari Proyek Tangguh.
“Jadi, sudah ada minat dari Repsol di Sumatera, BP di Tangguh, dan proyek Abadi Blok Masela juga akan ada CCS,” pungkasnya.