HOLOPIS.COM, JAKARTA – Aswin Nur Cahya, yang merupakan CEO dari studio JIVA Animation, dirinya mengungkapkan bahwa dalam pembiayaan pembuatan anime bisa mencapai tiga sampai lima milliar, dalam Indonesia Anime Con 2024 (INACON) di ICE BSD.
“Kalau secara pembiayaan ya, biasanya, itu antara 1 milyar sampai 3 milyar untuk seriesnya, belum untuk movie, jadi untuk series atau episode itu, bukan 12 episode, jadi ya setiap episode ya sekitar segitu,” ungkap Aswin, CEO dari studio JIVA Animation dalam keterangannya di Indonesia Anime Con 2024, dikutip Holopis.com (18/06).
Ia juga mengatakan bahwa memang membutuhkan dana yang besar, karena pembiayaan tersebut hanya untuk seriesnya, dan tidak termasuk filmnya atau movienya. Sedangkan, untuk memproduksi filmnya atau movienya bisa melebihi dari pembiayaan diatas.
“Jadi ya perlu uang yang gede untuk pengerjaan anime, kalau film bisa lebih dari itu, bisa 3 Sampai 5 milyar, tergantung juga si sebenernya, kesulitan dan lain sebagainya,” katanya.
Dalam kesempatan itu juga, CEO JIVA Animation menjelaskan keuntungan yang didapat antara studio dan publisher. Dirinya menerangkan bahwa, keuntungan yang didapat studio itu berbeda dengan publisher, dan keuntungan studio itu didapat dari hasil penjualan ceritanya yang telah direvisi dalam bentuk cerita yang dijual ke publik.
“Kalau keuntungan studio beda sama dengan keuntungan publisher, kalau keuntungan studio itu biasanya dari penjualan vlorenya, jadi ketika anime itu selesai, nanti tuh mereka itu akan direvisi lagi, di perbarui lagi, dalam bentuk vlore, dan dijual ke publik, nah di penjualan itu masuknya ke studio,” jelasnya.
Kemudian, dirinya membeberkan keuntungan yang didapat oleh publisher. Publisher mendapatkan keuntungan melalui, banyak jumlah tayang dari animenya di platform atau pun media lain, seperti TV atau streaming.
“Sedangkan tayang di streaming atau tv itu masuknya ke publisher, jadi sebagus apapun animenya, selaris apapun animenya, di pasaran internasional, itu gamasuk ke studio, itu masuknya ke publisher, publisher itu kayak animeflax kayak gitu, jadi mereka yang punya lisensinya, jadi mereka dapat uangnya dari mana ya, kayak gitu, di platform-platform gitu,” bebernya.
Lebih lanjut, Kompositor itu menegaskan bahwa keuntungan yang didapat oleh studio itu tergantung publishernya, karena semua yang di rillis masuk ke publisher, dan juga ketentuan kelanjutan anime tergantung juga dari publisher bukan dari studio.
“Pada akhirnya studio itu dapet kan dari publishernya, uang yang dikasih dari publishernya, jadi kalau yang laris animenya, kan uangnya masuk publisher, nah kalau publishernya ngerasa perlu dilanjutkan seasonnya, akan dilanjut, jadi penentuannya ada di publishernya bukan studionya,” tegasnya.
Diakhir Aswin mengatakan perihal merchandise-merchandise yang dibuat untuk publik. Ia menjelaskan bahwa semua merchandise itu tergantung kerjasama dari tempat yang membuatnya, dan studio hanya mendapatkan persenan.
“Kalau merchandise itu kerja sama, mungkin studio dapet tapi persenan, karena biasanya itu campuran, kerjasama dari tempat lain,” pungkas Aswin.