HOLOPIS.COM, JAKARTA – Fenomena ‘daddy issues’ saat ini sedang kerap kali dibahas, terutama oleh generasi millennial dan Gen Z yang melek terhadap media sosial. Banyak yang belum terlalu memahami apa itu makna dari istilah daddy issues, yang merupakan efek psikologis yang dirasakan oleh seseorang.
Daddy issues merupakan kondisi psikologis seseorang di mana ia memiliki hubungan yang kurang sehat dengan ayahnya, sehingga memengaruhinya dalam berhubungan dengan orang lain.
Daddy issues ternyata tidak hanya mulai dirasakan sejak seseorang berusia sangat muda. Bahkan, seseorang yang sudah remaja menuju dewasa juga bisa mulai merasakan daddy issues.
Konselor Perkawinan dan Keluarga, Adriana Seokandar Ginanjar menjelaskan bahwa daddy issues bisa terjadi kepada seseorang dalam usia tertentu. Bahkan bisa terjadi kepada seseorang yang awalnya dekat dengan sosok ayah.
Hal itu ia sampaikan dalam acara webinar yang diselenggarakan Pusat Layanan Psikologi Jayabaya dengan tema ‘Benarkah Daddy Issue Menjadi Alasan Menunda Pernikahan’ yang ditayangkan di kanal Youtube Holopis Channel pada Sabtu (8/6).
“Pada periode SMA, dia tahu bahwa ayahnya ada orang ketiga dan sudah berlangsung cukup lama. Dia merasa sangat dikhianati ayahnya. Jadi mengingat waktu berkualitas dulu, dia bilang jangan-jangan yang dilakukan ayahnya karena guilty feeling,” jelasnya dikutip Holopis.com.
Anak Laki-laki Juga Bisa Jadi Korban Daddy Issue
Tak hanya bisa dirasakan oleh usia-usia tertentu, daddy issues juga merupakan efek psikologis yang bisa dirasakan oleh seorang anak laki-laki dari sikap ayah, atau kurangnya sosok ayah.
Biasanya, daddy issue kerap kali diasosiasikan terhadap anak perempuan dan bagaimana hal itu akan memengaruhinya dalam mencari pasangan. Adriana juga menjelaskan bahwa semua gender, tak dibatasi hanya perempuan saja, juga turut bisa merasakan daddy issues.
“Kalau untuk laki-laki biasanya menjadi orang yang sangat pemarah, atau jadi orang yang tidak bisa bertanggungjawab karena mungkin ayahnya alkoholik sehingga keluarganya ditinggalkan begitu saja,” jelasnya.
Meskipun seorang anak laki-laki mungkin tidak mau mengulangi kesalahan ayahnya, namun janji itu bisa sulit ditepati saat ia sendiri tidak memiliki model ayah dalam hidup.
“Anak laki-laki bisa bersumpah tak mau menjadi ayah yang seperti itu, namun ternyata karena tidak memiliki model dan juga banyak kemarahan, dia agak mengulang juga apa yang dilakukan ayahnya,” katanya.
Berbagai tips pun bisa dilakukan untuk menangani daddy issues, seperti memperoses pengalaman yang sudah ada, berduka, dan merefleksikan pengalamannya di masa lampau.
“Perlu juga untuk melihat ke belakang, jadi kalau awalnya dia berada di dalam cerita yang terbangun Ketika dewasa diharapkan bisa melihat cerita yang sudah berlalu itu dari sudut pandang yang berbeda,” pungkasnya