HOLOPIS.COM, JAKARTA – Al Habib Muhammad Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa malam lailatul qadr ternyata bukan untuk setiap orang, sekalipun ia adalah muslim yang sedang atau tidak dalam keadaan berpuasa Ramadan.
Artinya, ketika malam lailatul qadr hadir di malam-malam terakhir Ramadan di tanggal ganjil, tidak berarti setiap orang mendapatkannya.
Sebab kata dia, lailatul qadr hanya akan mendatangi mereka yang memiliki kesiapan untuk menerima malam yang bernilai setara 1.000 bulan tersebut, berdasarkan penilaian Allah SWT.
“Lailatul Qadr bukanlah benda yang datang, namun berkaitan dengan kondisi kejiwaan seseorang yang sudah mempersiapkan dirinya untuk menerima kedatangannya,” kata Habib Quraish Shihab dalam keterangan kultumnya seperti dikutip Holopis.com, Senin (8/4).
Bahkan kata Menteri Agama Republik Indonesia ke 16 tersebut, Lailatul Qadr adalah sebuah bulan yang begitu mulia, begitu indah dan penuh dengan rahasia. Dia tidak dapat dijangkau dan diketahui hakikatnya oleh manusia.
“Kemuliaannya digambarkan dengan satu malam yang sebanding dengan seribu bulan. Persamaan ini pada kualitas ganjarannya, bukan kuantitas pengamalannya,” sambungnya.
Sehingga ketika seorang muslimin belum dianggap siap secara lahiriyah dan bathiniyah, maka lailatul qadr tersebut tidak akan mendatanginya.
“Lailatul Qadr mungkin datang di suatu malam, tetapi tidak semua orang akan ditemuinya jika dianggap belum siap persiapannya,” terangnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Lailatul Qadr adalah malam yang sangat mulia dalam agama Islam. Dalam bahasa Arab, “Lailatul Qadr” secara harfiah berarti “Malam Kemuliaan” atau “Malam Kebenaran.”
Malam ini disebutkan dalam Al-Quran sebagai malam di mana Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ oleh Allah SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Al-Quran: Surah Al-Qadr (97:1-5)
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Al-Quran: Surah Ad-Dukhan (44:3-4)
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami adalah pemberi peringatan. Pada malam itu diputuskan segala urusan yang bijaksana.”
Selanjutnya di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, bahwa Rasulullah SAW tidak memberikan tanggal pasti turunnya lailatul qadr. Akan tetapi ummatnya diminta untuk mencarinya di tanggal-tanggal ganjil di 10 hari terakhir bulan suci Ramadan.
عن عائشةَ رضِيَ اللهُ عنها أنَّ رسولَ الله صلَّى الله عليه وسلَّمَ قال: ((تَحرُّوا لَيلةَ القَدْرِ في الوَتْر من العَشرِ الأواخِرِ من رمضانَ
Artinya:
“Dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: bersungguh-sungguhlah kamu beribadah pada malam Qadr yaitu pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Lailatul Qadr sangat penting dalam Islam karena dalam Al-Quran dinyatakan bahwa kebaikan pada malam tersebut lebih baik dari ribuan bulan. Maka, beribadah pada malam ini dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi dan pahala yang besar.
Malam Lailatul Qadr jatuh pada bulan Ramadan, meskipun tanggal pastinya tidak diketahui secara pasti. Dalam tradisi Islam, terutama di bulan Ramadan, umat Muslim dianjurkan untuk mencari dan memperbanyak ibadah pada malam-malam terakhir, termasuk di antaranya Lailatul Qadr, dengan harapan mendapat pahala yang besar dari Allah SWT.