HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memastikan, berakhirnya era suku bunga negatif Bank of Japan (BoJ) tidak memberikan pengaruh terhadap pasar keuangan di Indonesia, maupun nilai tukar Rupiah.

“Kami tidak melihat kebijakan BoJ berpengaruh besar terhadap pergerakan inflow-outflow maupun berkaitan dengan nilai tukar,” jelas Perry dalam konferensi pers yang dikutipH Holopis.com, Rabu (20/3).

Sebab, menurut Perry, nilai tukar mata uang di berbagai negara termasuk Indonesia masih ditentukan oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).

“Itu yang menjadi suatu elemen tekanan terhadap nilai tukar meningkat,” jelasnya.

Di sisi lain, Perry mengakui, bahwa Pasar keuangan Indonesia, saat ini memang mengalami tekanan arus modal keluar. Namun ia memastikan, hal tersebut terjadi bukan karena kepitisan BoJ yang mengakhiri nilai suku bunga negatifnya.

“Ketidakpastian pasar global masih tinggi, sehingga terjadi outflow di SBN. Sebagian karena dolar yang masih cukup kuat,” tambah Perry.

Sebagaimana diketahui, Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya, seusai pertemuan yang digelar pada 18-19 Maret 2024 lalu.

Adapun suku bunga acuan BoJ kini berada di kisaran 0 – 0,1 persen, usai mengalami kenaikan naik -0,1 persen. Kenaikan suku bunga ini menjadi yang pertama di Jepang sejak 2007 lalu.

“Ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 17 tahun, sehingga memiliki banyak makna simbolis, tetapi dampak sebenarnya terhadap perekonomian sangat kecil,” kata Kepala Ekonomi Jepang, Izumi Devalier.