HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Sentral Bank Indonesia dan The Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan mempertahankan suku bunganya hingga Juni 2024. Hal itu sebagaimana disampaikan Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro.
Andry mengatakan, masing-masing bank sentral Indonesia dan Amerika Serikat (AS) itu akan menahan suku bunganya di level 6 persen dan 5,5 persen. Namun ia menegaskan, kebijakan suku bunga tentu melihat angka inflasi.
“BI flat, The Fed flat. Flat lah harusnya. Kita sih view-nya masih sama, masih flat di semester I paling cepat Juni, tapi kan lihat data Amerika juga terutama inflasinya gimana ya,” kata Andry kepada wartawan, Rabu (20/3) seperti dikutip Holopis.com.
Andry pun memproyeksi, The Fed bakal menurunkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada semester kedua, sesuai dengan target mereka. Namun perlu diingat, bahwa perkembangan pasar tahun ini sangat dinamis.
“Kita berharap bahwa 2024 itu akan less volatile, gak juga ya. Tahun ini saja juga sama kalau teman-teman lihat melihat dari probability yang diharapkan sama market, probability dari rate cut-nya The Fed,” tuturnya.
“Tadinya kan semua expect di bulan Maret, terus ternyata data inflasinya masih tinggi segala macam, mundur ke bulan Mei, FOMC meeting kan April akhir dan tanggal 1 Mei, habis itu baru Juni,” jelasnya.
Andry menambahkan, probabilitas penurunan suku bunga di bulan Juni sendiri masih 50:50 atau sekitar 40 persen dari probability rate card.
“Nah ini kan menandakan bahwa market itu sangat di-drive dari data atau kondisi dari perekonomian di US. Kalau perekonomiannya memang mereka masih tetap strong, sekarang kan debatnya apakah kemudian Amerika Serikat ini soft landing atau hard landing, hard landing itu recession,” pungkas Andry.