HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) RI melaporkan neraca dagang Indonesia pada periode Februari 2024 kembali mencatatkan surplus. Capain itu membuat neraca dagang Indonesia mencatatkan rekor, dimana surplus terjadi selama 46 bulan berturut-turut.

“Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers yang dikutip Holopis.com, Jumat (15/3).

Kendati demikian, surplus di Februari 2024 hanya tercatat sebesar US$ 0,87 miliar atau sekitar US$ 870 jutaan. Surplus tersebut terhitung dari nilai ekspor di Februari 2024 yang sebesar US$ 19,31 miliar dan impor sebesar US$ 18,44 miliar.

Amalia menerangkan, mengecilnya surplus neraca dagang Indonesia tidak terlepas dari kinerja ekspor Indonesia, dimana pada periode ini Februari 2024 nilainya turun 5,79 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor di Januari 2024 yang sebesar US$ 20,52 miliar.

“Penurunan nilai ekspor Februari didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada besi dan baja dengan andil penurunan 3,26 persen, lemak dan minyak hewan nabati dengan andil penurunan 2,60 persen, serta logam mulia dan perhiasan permata dengan andil penurunan 0,60 persen,” terangnya.

Sementara untuk nilai impor Indonesia, tercatat mencapai US$ 18,44 miliar yang secara bulanan juga turun 0,29 persen. Penurunan ini terjadi di sektor non migas yang turun 2,12 persen dari bulan lalu menjadi US$ 15,46 miliar. Serta impor migas sebesar US$ 2,98 miliar, naik 10,42 persen secara bulanan.

Amalia menjelaskan penurunan nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan sebesar 1,81 persen.

“Secara tahunan nilai impor Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2023 atau tercatat naik 15,84%. Nilai impor migas naik 23,82%, sementara impor non migas naik 14,42%,” tadasnya.