HOLOPIS.COM, JAKARTA – KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) Jenderal Maruli Simanjuntak mengungkapkan bahwa pendekatan tempur maksimal tidak akan efektif dalam meredam konflik di Papua.
Dengan permasalahan perbedaan paham di Papua, Maruli pun menyebut bahwa strategi gerilya lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan menahun di Papua.
“Operasi kami di Papua itu melawan gerilya. Jadi operasi itu dilakukan untuk saudara-saudara kita yang berbeda paham dan sebagainya, sehingga tidak sampai 50 persen tempur di sana,” kata Maruli dalam keterangannya pada Selasa (5/3) seperti dikutip Holopis.com.
Meski mengedepankan strategi gerilya, Maruli memastikan TNI AD bakal tetap menggunakan senjata ketika mereka dalam keadaan terjepit.
“Mungkin 80 persen adalah teritorial, bagaimana mengajak masyarakat untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, membangun kehidupan mereka lebih baik, itu jadi prioritas kita,” ujar Maruli.
Oleh karena itu, Maruli pun berdalih bahwa banyak dari anggota KKB (kelompok kriminal bersenjata) Papua yang sebenarnya merupakan warga asli Tanah Cenderawsih tersebut.
“Jadi bisa anda kira-kira lah, kalau kita memang kerahkan, secara persoalan memang dianggap selesai. Tapi kita juga tidak mau saudara-saudara kita menjadi korban,” pungkasnya.