HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang merupakan komponen baterai kendaraan listrik menarik perhatian publik, setelah dibahas dalam debat cawapres yang berlangsung pada hari Minggu (21/1) lalu.
Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) RI Muhammad Lutfi mengatakan, bahwa China sudah sudah cukup andal dengan LFP yang merupakan alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik selain nikel.
“Kalau kita bicara LFP 95 persen produksi LFP ini sudah didominasi oleh China, yang sudah handal dalam pasar tersebut. Sedangkan Indonesia itu adalah dengan cadangan nikel terbesar di dunia,” kata Lutfi dalam unggahan video di akun Instagram pribadinya @m.lutfi yang dikutip Holopis.com, Selasa (23/1).
Namun sejauh ini, kata Lutfi, nikel masih menjadi pilihan para produsen mobil listrik, karena nikel memiliki sejumlah keunggulan ketimbang LFP.
“Nikel itu lebih energy dense, bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga. Jadi mobil Tesla-nya bisa pergi lebih jauh sekali charge. Juga kinerja baterai LFP bisa menurun hingga 60 persen di cuaca dingin,” jelasnya.
Dalam video yang sama, Lutfi juga membantah anggapan sejumlah pihak tentang nikel yang dinilai tidak tidak banyak memberikan keuntungan bagi negara.
Dia menyebut justru pendapatan nikel mengalami peningkatan sebesar lima kali lipat sejak tahun 2015 lalu, dengan pendapatan ekspor lebih dari Rp 500 triliun karena sukses melakukan hilirisasi.
“Tapi katanya ada yang bilang kalau pendapatan nikel dari penjualan itu rendah ya? 2015 aja peningkatan pendapatan ekspor ke Indonesia sudah melesat 5 kali lipat dengan angka lebih dari Rp 500 triliun,” kata Lutfi.
Apabila Indonesia terus melanjutkan hilirisasi nikel, Lutfi mengaku optimistis pendapatan nikel dalam negeri akan terus meningkat.
Di sisi lain, pemanfaatan hilirisasi nikel juga tidak hanya memperkuat perekonomian saja, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri energi bersih.