HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menkumham Yasonna H Laoly menanggapi sikap masyarakat Indonesia di Aceh yang sebagian besar menolak kehadiran para pengungsi Rohingya.
Dimana awalnya, Yasonna menyebut keberadaan para pengungsi tersebut sebenarnya sebatas korban mafia jaringan TPPO.
“Memang ini adalah sindikat, sudah ditangkap, namun yang kita harapkan juga bahwa ini akan bisa kita hindarkan di kemudian hari karena mereka juga adalah korban-korban dari mafia-mafia yang membawa mereka,” kata Yasonna pada Minggu (10/12) seperti dikutip Holopis.com.
Dengan ada penolakan keras masyarakat Aceh, Yasonna mengklaim itu biasa terjadi terlebih dengan perbedaan kultur dengan pengungsi Rohingya itu.
“Tapi sekarang kita lihat reaksi sosial dari masyarakat kita. Perbedaan kultur, perbedaan budaya selalu terjadi. Dampak sosial, kita tidak mengikuti, belum apa ya, meratifikasi konvensi,” klaimnya.
Padahal menurut Yasonna, Indonesia sebenarnya sudah cukup banyak menampung para pengungsi yang jumlahnya mencapai 15 ribu.
“Tapi, saya kira Indonesia sudah cukup banyak melakukan hal yang baik dalam menampung pengungsi. Di kita ini sekarang ada 15 ribuan, hampir 13 ribuan lebih pengungsi, Afghanistan, Iran, yang terakhir Rohingya,” jelasnya.
Kader PDIP itu kemudian merasa iba kepada para pengungsi Rohingya yang dianggap sebagai korban akibat sudah menjual harta dan benda untuk bisa ke Indonesia.
“Di Medan, beberapa waktu yang lalu ada yang sampai membakar diri sehingga ada kepala-kepala daerah yang tidak mau lagi menerima mereka,” ucapnya.
Oleh karena itu, Yasonna menyebut bahwa pemerintah masih terus sebatas berkoordinasi untuk penanganan pengungsi Rohingya yang terus membanjir setiap harinya.
“Namun demikian, kita berharap Pemda dan pemerintah pusat juga (menindak) dan tentunya UNHCR bersama-sama dengan kita mencari solusi yang tepat untuk itu,” tutupnya.