HOLOPIS.COM, JAKARTA – Muhammad Fauzan Irvan mendorong agar para pemuda Indonesia memastikan ikut menyukseskan Pemilu 2024, caranya adalah dengan berpartisipasi dalam menyalurkan hak suara mereka di tempat pemungutan suara (TPS) tanggal 14 Februari 2024 mendatang.

“Masyarakat Indonesia harus memanfaatkan betul yang kita sebut sebagai pesta demokrasi, pesta demokrasi tersebut merupakan pestanya rakyat, bukan pestanya para elit,” kata Fauzan kepada Holopis.com, Sabtu (9/12).

Ia menegaskan bahwa pemuda Indonesia memiliki tanggung jawab penuh untuk memastikan penyelenggaraan pesat demokrasi berjalan dengan baik dan lancar. Apalagi, di momentum Pemilu 2024, suara mayoritas adalah para kaum muda yang terdiri dari generasi Y atau generasi milenial, dan generasi Z.

“Kenapa pestanya rakyat, karena proses demokrasi itu adalah proses untuk melengkapi dan memperjuangkan segala bentuk aspirasi rakyat,” ujarnya.

Kemudian, tokoh dan aktivis muda ini menyerukan agar anak muda bisa lebih aware dan kritis terhadap semua capres-cawapres yang akan dipilih, mulai dari visi misi, ide dan gagasan program kerja dan sebagainya. Sehingga sosok yang dipilih memang berdasarkan hasil pemikiran dan observasi yang jernih.

“Makanya, bagi masyarakat Indonesia, kami berharap untuk menggunakan hak pilihnya, tidak golput, memilih berdasarkan rasionalitas dan obyektifitas yang baik,” tandasnya.

Lebih lanjut, Fauzan yang juga sebagai koordinator pemilih Mahasiswa dan milenial Tim Kampanye Daerah (TKD) DKI Jakarta untuk Prabowo Gibran tersebut tak ingin secara spesifik mengarahkan siapa sosok yang pantas dipilih oleh Mahasiswa dan pemuda, hanya saja ia ingin agar mereka bisa berpikir jernih.

“Dan siapa pun yang dipilih, insya Allah semuanya putra-putri terbaik bangsa Indonesia,” sambungnya.

Lebih lanjut, Fauzan yang juga direktur nasional Progressive Democracy Watch (PRODEWA) tersebut menyampaikan, bahwa masyarakat sebagai pemilih jangan sampai terjebak dengan praktik money politic oleh para elite.

Bahkan ia mengingatkan bahwa politik uang sejatinya adalah awal dari munculnya praktik tindak pidana korupsi. Sebab, sosok yang ingin menang bukan menonjolkan kelebihan diri melainkan melakukan suap kepada rakyat untuk dipilih.

“Money politik adalah mother of corruption, induk dari segala tindak pidana korupsi, jika negara ini ingin maju, jika korupsi ini ingin hilang dari republik ini, maka masyarakat jangan mau dijual dan jangan mau direndahkan dengan hanya sebatas Rp50 ribu, Rp100 ribu, Rp200 ribu,” tutur Fauzan.

“Karena pilihan kita ketika berdasarkan materi atau money politic, tentu yang dipilih ini bukan karena rasionalitas, tapi karena pragmatisme semata, dan itu sangat membahayakan nasib generasi,” sambungnya.

Lantas, ia pun berharap agar anak-anak muda khususnya mau memilih berdasarkan rasionalitas, bukan pragmatisme sesaat yang disebut Fauzan, nilainya pun tidak sepadan dengan masa depan yang hendak terjadi lima tahun ke depan.

“Mari kita memilih dengan objektif, memilih dengan rasional, kita lawan bersama money politic, karena money politic merusak negara ini,” pungkasnya.