HOLOPIS.COM, KAIRO – Palestina kembali memanas paska gencatan senjata diumumkan berakhir pada Jumat lalu, Jumat (1/12) lalu. Serangan Israel yang terus terjadi tanpa henti meluas hingga ke wilayah Tepi Barat, Palestina. Sejumlah layanan medis lumpuh, jaringan listrik dan komunikasi juga dimatikan oleh Israel.

Sementara itu Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa bersama Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) melakukan assessment ke rumah sakit-rumah sakit di Mesir di antaranya Rumah Sakit (RS) Kanker dan RS Palestina di Kairo.

“Kami juga berkoordinasi dengan PRCS (Palestinian Red Crescent Society) untuk penanganan penyintas dari Palestina yang didapatkan informasi bahwa pasien yang bisa keluar dari Gaza dan Rafah ditempatkan di beberapa rumah sakit, yaitu di El Arish, Institute Nashr, RS Kanker dan RS Palestine di Kairo,” kata Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa, Dian Mulyadi dalam keterangan persnya yang diterima Holopis.com, Kamis (7/12).

Kemudian, ia juga menyampaikan informasi bahwa RS Palestina juga menampung pendamping atau keluarga dari para pasien yang berhasil keluar dari Gaza.

“Dalam catatan kami, di RS tersebut menampung sekitar 18 orang penyintas dari Gaza. Dompet Dhuafa bersama IHA berkesempatan mendistribusikan sebagian bantuan untuk seluruh penyintas dari Palestina,” ujarnya.

Ia menyampaikan duka atas banyaknya korban akibat serangan brutal Israel selama ini, hingga jumlah pasien dari Gaza semakin banyak dirawat di Rumah Sakit.

“Bahwa kondisi hari ini di mana Palestina kembali memanas eskalasi konflik peperangan sangat tinggi, banyak korban yang kembali berjatuhan amat mengusik rasa kemanusiaan kita. Dompet Dhuafa hadir untuk memberikan bantuan secara konkret kepada para penyintas khususnya pasien,” terangnya.

Dalam kesempatan itu pula, salah satu pasien wanita yang ditemui Tim Kemanusiaan bernama Samma, baru saja tiba dari Gaza malam sebelumnya, yakni pada hari Minggu (3/12) lalu. Ia menyampaikan kesaksiannya bagaimana ketakutan itu ia rasakan akibat tindakan militer zionis Israel.

“Saya masih mengingat apa yang terjadi dengan saya, keadaan terluka di kaki kiri terkena pecahan mortir, tertembak di bagian pinggang dan luka pada jari tangan kiri, saya terus berusaha bersama penyintas lainnya untuk keluar dan mencari tempat aman,” kata Samma yang didampingi oleh seorang perawat, Hakim Majidi dari RS Indonesia – Gaza yang berhasil membawa dirinya keluar dari sana.

Sementara itu, selaku Direktur PRCS Cairo Mai Aref secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Indonesia atas semua bantuan dan uluran tangan mereka untuk membantu misi kemanusiaan untuk Palestina itu.

“Kami ucapkan apresiasi untuk masyarakat Indonesia diwakili oleh Indonesian Humanitarian Alliances, atas kepeduliannya terhadap perjuangan rakyat Palestina. Dengan segala keterbatasan, kami selalu berusaha untuk bisa membantu seluruh penyintas yang sudah melalui pintu Gaza dan masuk ke Rafah,” kata Mai Aref.

Lebih lanjut, ia juga menyatakan akan selalu memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk semua korban luka yang ditangani Rumah Sakit di Mesir.

“Kami juga koordinasi dengan ERC sebagai lembaga resmi yang ditunjuk Pemerintah Mesir agar bisa menampung mereka di tempat yang layak,” tandasnya.

Sebelumnya, Dompet Dhuafa bersama Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) telah memberangkatkan 11 truk membawa air mineral dan paket makanan kering seperti tepung, susu, margarin, makaroni, beras, keju, pasta kacang, daging kalengan, dan air mineral. Termasuk obat-obatan dan kebutuhan musim dingin juga masuk ke dalamnya. Dengan keseluruhan bantuan setara 176 ton, yang digulirkan bagi rakyat Palestina.

Di sisi lain DMC Dompet Dhuafa bersama mitra dengan dukungan dari masyarakat, mampu menyalurkan 1.000 paket sanitasi perempuan yang telah didistribusikan ke wilayah Gaza bagian utara.

Relawan mitra lokal DMC Dompet Dhuafa perlahan-lahan mengelilingi tempat pengungsian yang berdekatan dengan reruntuhan bangunan untuk mendistribusikan langsung kepada 2.000 penerima manfaat. Serta digulirkan program Dapur Umum Dompet Dhuafa (Dompet Dhuafa Kitchen) di wilayah Gaza Utara dan Gaza Selatan terus hadir hingga saat ini. Setiap harinya tim memasak untuk 2.000 jiwa yang sedang mengungsi di Jalur Gaza.