HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu) RI, Retno Marsudi menyampaikan pidatonya untuk PBB, atas kejahatan perang yang dialami rakyat Palestina.
Retno awalnya mengatakan, ia terbang selama 21 jam dari Jakarta menuju ke sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Itu ia lakukan demi misi kemanusiaan untuk Palestina.
“Saya hanya mengingatkan dewan keamanan ini, bahwa anda memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga perdamaian dan keamanan, bukan untuk memperpanjang perang,” katanya dikutip Holopis.com pada Rabu,(01/11).
“Bukan untuk mendukung pihak manapun untuk melanjutkan perang,” sambungnya.
Menlu Retno menegaskan, bahwa Indonesia mengutuk keras berlanjutnya agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap warga sipil oleh Israel di Gaza.
“Kita sedang menyaksikan bencana kemanusiaan, kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus terjadi selagi kita berbicara (di sidang PBB),” tegasnya.
“Apakah kita akan terus berpangku tangan? (Israel) menyerang sumah sakit tempat ibadah, menghalangi akses terhadap listrik, air, minyak dan menggusur penduduk jalur Gaza,” timpalnya lagi.
Menurut dia, apa yang terjadi di Palestina adalah kejahatan perang.
“Sedang dilakukan sebagai hukum kolektif. Di waktu yang sama, tawanan sipil ditahan. Hidup mereka dalam bahaya kritis,” tuturnya.
Maka saya datang ke sini untuk menanyakan kepada dewan, bagaimana anda menjalankan tanggung jawab anda? Kapan anda menghentikan perang di Gaza? Menciptakan gencatan bersenjata, membuka akses terhadap bantuan kemanusiaan,” katanya lagi.
Kemudian, menyerukan segera dibebaskannya penduduk sipil dan menghentikan penjajahan ilegal oleh Israel.
“Saya harus mengulanginya. Hentikan penjajahan ilegal oleh Israel. Setiap detik yang terbuang karena perselisihan politik dan kegagalan mencapai konsensus menggambarkan telah takluknya manusia terhadap (penderitaan) rakyat Palestina,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi itu telah menciptakan ketidakstabilan lebih jauh bagi dunia.
“Berapa nyawa lagi yang harus melayang sebelum dewan ini mengambil tindakan. Karena saya bisa memastikan, satu hal kepada anda, Indonesia tidak akan menyia-nyiakan waktu sedetikpun dalam memanfaatkan dukungan global untuk mengambil tindakan,” tegasnya.
Adapun upaya Indonesia untuk menciptakan kedamaian di Palestina di antaranya melalui pertemuan OKI, ASEAN, GCC dan D-8.
“Indonesia telah mendorong satuan suara untuk mendesak pemberhentian kekerasan, dan berfokus pada penanganan bencana kemanusiaan yang mendesak,” tuturnya.
Lebih lanjut Retno mengatakan, ada tiga poin yang disuarakan Indonesia atas masalah ini. Pertama, seruan terhadap untuk segera dilakukannya gencatan senjata.
“Diamnya kita begitu menyiksa. Karena suara peluru dan roket yang memecah telinga, dukungan menyeluruh yang diberikan kepada satu pihak Israel telah menyebabkan penggunaan kekuatan nyata proporsional pelanggaran hukum kemanusiaan, internasional,” kata dia.
“Dan imunitas kekebalan hukum merupakan kewajiban kita bersama untuk mengakhiri siklus kekerasan, sebelum ini meningkat menjadi malapetaka regional dengan global,” sambungnya.
Indonesia, kata Retno, juga mendesak untuk segera memprioritaskan akses kemanusiaan.
“Lebih dari dua juta orang bergantung pada kebutuhan dasar kemanusiaan. Bantuan sebagian besar tidak bisa bergerak dan selalu berada dalam bahaya dari baku tembak.”
Poin kedua, Retno kembali menyerukan Dewan Keamanan PBB harus segera mendesak agar akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan kehormatan terhadap hukum kemanusiaan.
Ketiga, bertindak dengan mengesampingkan politik.
“Kembalikan kemanusiaan. Dewan Keamanan, tolong gunakan kekuatan besar anda untuk menjadi lebih manusiawi.”
Sebagai perwakilan Indonesia, ia menegaskan, bahwa rakyat Palestina berhak mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.
“Kita semua umat manusia. Kita semua berhak memiliki rumah. Kita harus menolak pengusiran rakyat Palestina. Kita tidak boleh membiarkan tragedi 1948 terulang kembali.”