HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam menilai bahwa konflik berdarah yang terjadi di Rempang, Batam, tersebut bisa menjadi bahan amunisi oleh pihak tertentu untuk kepentingan politik elektoral, paling tidak di Pilpres 2024 mendatang.
“Kasus Rempang, Batam, akan dimainkan untuk Pilpres 2024,” kata Hikam dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (11/9).
Oleh sebab itu, jika memang pemerintah tak ingin terganggu dengan konflik sosial di Batam, sebaiknya cepat dilakukan mitigasi dan penyelesaian secara soft approuch.
Namun, penuntasan masalah ini tidak bisa sekadar mengandalkan legal formal semata. Sebab dalam konflik yang terjadi antara masyarakat Pulau Rempang dengan pengusaha melalui aparat keamanan adalah adanya azas ketidakadilan.
“Pendekatan legal formal saja tak cukup. Ada soal keadilan yang tercederai,” tuturnya.
Sebelumnya, ratusan masyarakat Rempang melakukan protes terhadap upaya pemerintah melalui Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk mengukur tanah mereka dalam rangka pemenuhan investasi pembangunan Rempang Eco City, sebuah pembangunan yang menjadi bagian dari proyek strategis nasional asal China.
Konflik besar terjadi dan mencuat ke permukaan publik pada saat hari Kamis, 7 September 2023 lalu, ribuan aparat gabungan dari TNI Polri melakukan upaya paksa masuk ke wilayah masyarakat untuk melakukan pemasangan batok batas.
Warga yang tidak setuju dengan sikap aparat dan rencana pemerintah pusat itu terlibat adu fisik dengan masyarakat. Bentrokan pun terjadi dan membuat masyarakat kalang kabut, khususnya anak-anak dan orang tua yang mengalami luka dan sesak nafas.
Yang membuat banyak publik geram adalah, ketika aparat Kepolisian melakukan penembakan gas air mata ke arah sekolah-sekolah yang ada di sekitar lokasi, termasuk di antaranya ke arah Sekolah Menengah Pertama (SMP) 33 Galang dan Sekolah Dasar (SD) 24 Galang. Bahkan dewan guru sempat meminta agar polisi tak menembakkan gas air mata, sayangnya tembakan sudah kadung dilepaskan dan membuat para siswa kocar-kacir.
Pun demikian, bentrok yang terjadi antara aparat keamanan dan masyarakat diklaim BP Batam diawali oleh warga yang memrovokasi untuk melakukan serangan kepada aparat.