HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kebakaran yang terjadi di Maui, Hawaii menyebabkan rumah sakit setempat kewalahan dengan banyaknya pasien yang menderita luka bakar dan menghirup asap kebakaran, serta setidaknya 36 orang telah terkonfirmasi tewas.
Ahli meteorologi di NWS Honolulu mengatakan bahwa kebakaran yang terjadi di Maui serta beberapa pulau besar lainnya di Hawaii terjadi karena kondisi cuaca yang berangin kencang, vegetasi kering dan kelembapan yang rendah, seperti dikutip Holopis.com dari Scientific American, Jumat (11/8).
Kekeringan yang sedang terjadi di pulau Maui diperparah dengan angin pasat yang lemah, sehingga dapat menahan hujan. Kekeringan tersebut membuat rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya mengering, sehingga dapat lebih mudah terbakar dalam kebakaran hutan.
Dua faktor lainnya adalah pola atmosfer besar yang menampilkan area bertekanan tinggi yang kuat di utara pulau dan area bertekanan rendah yang kuat di selatan.
Angin cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, dan semakin kuat perbedaan tekanan, semakin kencang pula anginnya.
Maui berada tepat di antara tekanan tinggi yang sangat kuat dan tekanan rendah yang sangat kuat serta medan pulau yang terjal. NWS telah memperingatkan bahwa angin memiliki kecepatan 30 hingga 45 mil per jam, dengan hembusan hingga 60 mph.
Angin yang sangat kencang tersebut dapat dengan cepat menyebarkan api. Kepala Asisten Pemadam Kebakaran Maui, Jedd Giesea mengatakan bahwa api yang berjarak 1 km dapat sampai ke tempat kalian berada dalam waktu satu hingga dua menit.
Seluruh kondisi tersebut sangat mempersulit pemadam kebakaran untuk memadamkan api, serta pemadam tidak dapat menggunakan bantuan udara dikarenakan angin yang terlalu kencang.