HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menko Polhukam Mahfud MD mengungkapkan salah satu faktor yang menyebabkan Panji Gumilang bisa merasa jumawa dan kebal hukum.
Pasalnya, keberadaan Al-Zaytun sendiri diungkapkan oleh Mahfud, adalah akar dari Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) IX.
Tujuan dihentikan Ponpes itu tak ayal dilakukan oleh pihak intelijen di pemerintahan Orde Baru demi memecah anggota NII asli yang didirikan Kartosoewirjo.
Setelah NII berhasil dipecah, kemudian Panji Gumilang yang merupakan bagian dari organisasi itu memisahkan diri dan mendirikan Pondok Pesantren Al Zaytun pada 1996 dan diberi dukungan penuh oleh pemerintah orde baru.
“Itu sebabnya jangan heran, dulu Pak BJ Habibie itu mau nyumbang Rp1,2 triliun untuk membangun Al Zaytun itu dari mana? Itu saran Pak Malik Fadjar, Menteri Agama,” kata Mahfud dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (16/7).
Mahfud kemudian juga membeberkan peran BIN yang mempengaruhi BJ Habibie masa itu untuk membiayai Al-Zaytun.
“Itu bagus, sarannya BIN pada waktu itu zaman Pak Habibie memang bagus karena Panji Gumilang memecahkan diri dan bikin sendiri dan betul-betul menjadi anti-NII,” ungkapnya.
Dengan kondisi seperti itulah, Mahfud kemudian menilai Panji Gumilang saat ini sudah terlalu nyaman dan tidak peduli dengan pelanggaran hukum yang telah dilakukannya.
“Panji Gumilang ini merasa sangat nyaman kemudian melakukan dugaan tindak pidana dan penodaan terhadap agama menurut ukuran orang umum,” bebernya.
Setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS), Ponpes Al Zaytun berkembang menjadi ponpes yang megah dan mewah.
“Di sana mewah, lebih mewah dari Kota Indramayu, padahal dia ada di dalam Indramayu. Lebih megah, bagus seperti kota modern, tapi santri di dalamnya,” tutupnya.