HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai bahwa PDIP saat ini harus mencari sosok figur yang merepresentasikan Nahdlatul Ulama (NU) untuk menjadikannya sebagai cawapres untuk Ganjar Pranowo.

Hal ini disampaikan Adi untuk merespons munculnya endorsement terhadap KH Nasaruddin Umar sebagai sosok yang disangkut-pautkan dengan Ganjar Pranowo untuk kepentingan elektoral Pilpres 2024 mendatang.

“Itu yang saya bilang, ada kemungkinan memang PDIP sedang mengincar betul tokoh NU untuk disandingkan dengan Ganjar di 2024, nasionalis, religius, NU,” kata Adi dalam sebuah podcast bersama Zulfan Lindan di Youtube seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (3/6).

Dari sosok NU dan keilmuan, Adi tak menampik bahwa kebutuhan itu ada di dalam diri KH Nasaruddin Umah, apalagi ia juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal.

“Kita tahu, bukan hanya ormas Islam terbesar di Indonesia, tapi paham keagamaannya kan cukup inklusif, cukup toleran dan modern, cocoklah dengan suasana hati yang dimiliki oleh teman-teman PDIP,” ujarnya.

Hanya saja, sosok dan kepribadian Nasaruddin Umar ternyata menurut Adi tak cukup untuk bisa menolong kebutuhan target elektoral untuk Ganjar Pranowo. Sebab, sejauh ini sosok cendekiawan muslim itu tak cukup masuk ke dalam top of mind masyarakat saat ini.

“Ya tapi ingat, sekalipun hunting tokoh-tokoh dari kalangan nahdliyyin, kalau popularitas dan elektabilitasnya ini rendah, ini bukan menambah elektabilitas bagi Ganjar, bisa jadi beban,” terangnya.

Hal ini diungkapkan Adi, karena melihat dari elektabilitas Ganjar Pranowo yang tak lebih dari 40 persen. Jika ia salah dalam menetapkan sosok Cawapres, elektabilitasnya justru akan sangat dipertaruhkan.

“Ganjar saat ini elektabilitasnya di kisaran angka 36%, itu nggak aman secara politik. Maka posisi cawapres menjadi kunci,” sambungnya.

Jika dalam konteks cawapres ideal untuk elektoral, pakar komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tersebut menyarankan agar Ganjar mencari sosok cawapres yang setidaknya memiliki sosok dan kepribadian seperti Nasaruddin Umar, namun tetap masuk ke dalam radar survei dan memiliki tingkat elektabilitas, seperti halnya Mahfud MD atau Khofifah Indar Parawansa.

“Ketika NU dicari, apakah jawabannya Narasuddin Umar yang memang tidak pernah muncul dalam survei. Kenapa tidak Mahfud MD, kenapa misalnya tidak Khofifah, kenapa tidak yang lainnya, Gus Yahya, ataupun Gus Menteri. Itu kan toko-toko NU yang dikira juga muncul secara signifikan atau mantan ketua umum PBNU Kiai Said,” tandasnya.