HOLOPIS.COM, JAKARTA – Program percepatan kendaraan konvensional ke kendaraan listrik menurut Jusuf Kalla, tetap jadi penyumbang polusi udara apalagi kalau energinya berasal dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
“Mobil listrik itu untuk mengurangi emisi kan? Tapi tiap malam itu harus di-charge, jadi sangat tergantung kepada pembangkit,” katanya di Universitas Paramadina Cipayung, Jakarta Timur yang dikutip Holopis.com, Rabu (24/5).
“Kalau pembangkitnya tetap PLTU itu hanya berpindah emisi dari knalpot mobil ke cerobong PLTU,” sambungnya.
Mantan Presiden RI ke-10 dan 12 ini mengatakan, peralihan ke kendaraan listrik ini harus diimbangi dengan kesiapan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) guna menekan emisi.
Ia juga menilai, langkah pemerintah lambat menggerakan program mempensiunkan PLTU. “Jadi harus bersamaan, membikin. Sebenarnya kita punya program itu, tapi sampai sekarang juga kemajuannya lambat, sekali lagi minta maaf,” ujar pria yang akrab disapa JK.
JK bahkan mengklaim, PT Hadji Kalla yang merupakan perusahaan miliknya itu sudah membangun pembangkit listrik bersih.
“Kita di Hadji Kalla 10 tahun lalu sudah bikin PLTA, bisa dibikin dalam negeri,” katanya.
Seperti diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan daya tawar energi listrik yang lebih kompetitif ketimbang fosil ke depan.
Menurutnya, harga keekonomian sumber energi listrik jauh lebih murah ketimbang bahan bakar minyak (BBM).
“Contohnya sekarang ini berapa, pertalite Rp10.000 untuk 30 kilometer kalau sekarang pakai listrik 1 kWh bisa juga 30 kilometer kalau charge listrik ongkosnya kan gak sampai Rp2.000,” ujarnya pada Minggu (18/9).