Jumat, 17 Januari 2025
Holopis.comNewsPolhukamIslah Bahrawi : Politisasi Agama Bangun Kebencian Satu Sama Lain, Ciptakan Fasisme

Islah Bahrawi : Politisasi Agama Bangun Kebencian Satu Sama Lain, Ciptakan Fasisme

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi menyebut bahwa konflik yang sulit sekali dituntaskan adalah ketika sudah disusupi dengan kepentingan politik satu kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama.

“Penggunaan politisasi agama telah memiliki pengaruh korosif di sepanjang sejarah manusia. Ini terus menyulut dan mempertahankan konflik global yang paling sulit diselesaikan hingga hari ini. Politisasi agama terjadi pada sejarah agama apapun,” kata Islah Bahrawi dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (14/5).

Sebagai orang yang juga mengamati konflik Timur Tengah dan wilayah konflik besar lainnya di dunia, Islah Bahrawi menyebut bahwa perpecahan hubungan kebangsaan antar pemeluk agama di suatu negara sering kali disebabkan adanya pemaksaan kepentingan politik dengan labelisasia agama tertentu.

“Sebagian besar pelanggaran pemeluk agama terburuk selalu terjadi ketika agama dikaitkan paksa dengan kepentingan politik. Situasi itu membawa hasil yang sama; membangun kebencian satu sama lain,” ujarnya.

Bagi Islah, politisasi agama sejatinya bukan upaya untuk membumikan agama untuk kemaslahatan umat manusia, akan tetapi memaksakan pendudukan suatu kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya saja.

“Tren ke arah cita-cita negara teokrasi sedang berlangsung di beberapa negara. Dan itu memiliki pengaruh yang signifikan atas kelompok sosial dan individu di seluruh dunia, termasuk negara-negara Barat,” tandasnya.

Influencer asal Madura tersebut menyampaikan, bahwa banyak sekali orang yang mudah memaksa untuk kembali kepada ideologi politik masa lalu yang cenderung totaliter dengan anggapan sebagai referensi paling ideal. Padahal sejarah membuktikan, totalitarianisme masa lalu atau masa kini (apapun ideologi politiknya) seringkali dipenuhi oleh berbagai aksi dehumanisme demi ekspansi atau mempertahankan kursi kekuasaan.

“Gelombang demokrasi di seluruh dunia telah membuat kesalahan besar ketika berhadapan dengan konflik ideologis yang dimainkan oleh para pengusung politisasi agama. Mereka ingin membatasi kebebasan rakyat dalam bersuara, karena dengan atas nama agama mereka akan lebih leluasa membangun kepatuhan paksa melalui dogma,” paparnya.

Oleh sebab itu, dalam konteks ini ia memberikan penekanan bahwa jangan pernah percaya dengan orang-orang yang melakukan politisasi agama bahwa mereka akan menjadi sangat toleran dengan perbedaan. Sebab, sejak awal fondasi yang dibangun bukan toleransi, melainkan totalitarianisme.

“Jangan pernah mengaku toleran jika sejak awal sudah memaksakan puncak kekuasaan harus berada dalam kendali satu kelompok saja. Karena semua praktik totalitarianisme dimulai dari ambisi politik seperti ini,” tegansya.

Bahkan ia sampai mengutip sebuah tulisan besar David Roberts dalam Vox; bahwa jubah-jubah agama dalam pencapaian kekuasaan politik akan membuat orang cenderung totaliter, karena ia merasa diberi mandat oleh Tuhan untuk berbuat apapun.

“Sejarah lalu membuktikan, politisasi agama hanyalah akselerasi menuju kemunafikan politik kolektif. Dan bagi manusia modern, politisasi agama menjadi salah satu upaya untuk melahirkan kembali bangunan politik masa lalu yang jauh lebih brutal bernama: fasisme!,” pungkasnya.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

BERITA TERBARU

Viral