HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pola DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar Ijtima’ Ulama Nusantara nyaris sama persis dengan Ijtima Ulama Persatuan Alumni (PA) Bela Islam 212. Mereka menggunakan Ijtima ulama untuk membungkus tujuan politik.

Padahal, konsep Ijtima Ulama dalam agama Islam itu sakral, karena menjadi tempat para ulama membahas perihal kemaslahatan masyarakat, kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta, termasuk menyatukan umat.

Hal ini seperti disampaikan oleh inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid. Ulama asal Malang, Jawa Timur tersebut berharap besar PKB tidak melakukan tindakan seperti yang pernah dilakukan oleh PA 212 itu.

“Ijtima Ulama itu sesuatu yang sakral. Maka kalau digunakan untuk kepentingan politik praktis oleh kelompok atau partai politik tertentu, ini akan jadi bahaya,” kata Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid dalam keterangannya seperti dikutip Holopis.com, Jumat (13/1).

Habib Syakur juga menyorot Ijtima Ulama Nusantara yang digelar PKB seperti mengcopy-paste model-model Ijtima Ulama PA-212. Bahkan langkah tersebut menuju politisasi identitas, sebagaimana dilakukan oleh Persaudaraan Alumni (PA) Bela Islam 212 untuk meraih kekuasaan.

“Saya sebut sama seperti PA212 karena polanya memang seperti itu. Bahwa arahnya pada identitas politik. PKB seperti krisis kreativitas sehingga meniru-niru PA 212. Saya khawatir Ijtima Ulama dipakai sebagai bungkus dan alat untuk tujuan politik,” terangnya.

Sebelumnya, PKB mengumumkan akan menggelar Ijtima Ulama Nusantara untuk membahas kepemimpinan nasional 2024. Acara Ijtima Ulama Nusantara akan diadakan PKB pada Jumat-Sabtu, 13-14 Januari 2023 di Hotel Millenium Jakarta.

Ijtima Ulama menjadi forum silaturahmi dan konsolidasi gagasan dan pandangan konstruktif para ulama, kiai, dan pimpinan pondok pesantren di Tanah Air dalam menghadapi Pemilu 2024.

Dijadwalkan hadir pula dalam kesempatan itu KH Said Aqil Siradj dan Dahlan Iskan. Sementara sebagai narasumber ada Menaker Ida Fauziah, Pengamat Politik Burhanudin Muhtadi, serta Badriyah Fahyumi.