HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Artileri Nasional yang diperingati setiap tanggal 4 Desember, menjadi sebuah sejarah bangsa Indonesia saat pertempuran melawan penjajah. Sejarah artileri di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda, saat itu Belanda melatih beberapa pemuda untuk mengoperasikan artileri.
Artileri sendiri memiliki arti senjata untuk melontarkan proyektil, seperti tertera dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Selain itu artileri memiliki arti, pasukan tentara yang bersenjata berat atau ilmu tentang mempergunakan senjata.
Sejarah artileri di Indonesia, berawal dari penjajahan Belanda. Saat itu, Belanda melatih beberapa pemuda untuk mengoperasikan artileri. Ini jadi awal lahirnya, Hari Artileri Nasional. Meskipun pada masa tersebut, artileri masih di bawah komando Belanda.
Pemuda yang berkesempatan dilatih oleh Belanda yakni, Soerio Santoso, Memet Rahman Ali Soewardi, Sadikin, Oerip Soemohardjo, Raden Askari. R M Pratikno Suryosumarno, Tjhwa SiongPik, Giroth Wuntu, Rudy Pirngadi, Abdullah, J Minggu, Aminin, dan T B Simatupang.
Dari banyak nama di atas, ada 3 nama yang akhirnya menerima Mahkota Perak atas usaha belajar militer di Akademi Militer Kerajaan Belanda di Bandung. Mereka adalah, Raden Askari, Aminin, dan T.B. Simatupang.
Setelah Belanda pergi dari Indonesia pada tahun 1942, artileri pun akhirnya dihentikan. Kemudian, pada tahun 1945 pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Sadikin mengambil alih sarana artileri Jepang.
Puncaknya, ketika dibentuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang waktu itu masih bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945, banyak pemuda Indonesia yang menguasai meriam Jepang, namun tidak tahu cara mengoperasikannya.