HOLOPIS.COM, JAKARTA – Dua calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia yakni Sandy Walsh dan Jordi Amat, telah mengucapkan sumpahnya dan resmi menjadi WNI.
Dengan begitu, keduanya pun akan segera merumput bersama Timnas U-20 Indonesia dan akan melakoni pertandingan-pertandingan bersama skuad Garuda Muda lainnya.
Sebagian pihak melontarkan kritiknya atas kedatangan naturalisasi yang terus berlanjut sampai saat ini, meski telah mendapat respon langsung dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Zainudin Amali yang mengatakan bahwa program naturalisasi ini bersifat sementara, untuk jangka panjangnya pemerintah memiliki Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Namun, ada pula yang mendukung proses naturalisasi ini, dengan alasan bahwa Timnas Indonesia butuh kekuatan tambahan dari para pemain yang memiliki pengalaman bermain di kompetisi luar negeri.
Kritik lain mengenai naturalisasi pemain Timnas Indonesia ini juga dilontarkan Pengamat Sepakbola, Wesley Hutagalung, yang menilai bahwa tidak ada jaminan bisa menghadirkan prestasi dengan terus menerus mendatangkan pemain naturalisasi.
“Apakah ada prestasi yang dipersembahkan timnas senior dengan ada 30an atau 40an pemain yang dinaturalisasi, tidak ada jaminan, kita berharap ini adalah solusi instan, karena bagaimana pun juga harusnya mereka lahir dari kompetisi dan mengenal karakter kita,” ungkapnya dalam acara Ruang Tamu Holopis Channel, Jumat (18/11).
Lanjutnya, Wesley menilai bahwa perlu banyak persiapan dan pertimbangkan dalam hal mendatangkan pemain naturalisasi, salah satunya mengenai bahasa atau komunikasi.
“Nanti kalau mereka berkomunikasi dengan teman-teman Timnas dengan bahasa yang berbeda, dengan kemampuan mereka berbahasa Indonesia dan kemampuan pemain kita berbahasa Inggris misalkan, belum sama ritmenya, sementara di atas lapangan mereka harus mengambil keputusan itu per sekian detik,” tambahnya.
“Ada mengoper bola, menendang bola, meminta bola, menggiring bola, berkomunikasi membangun pertahanan, berkomunikasi membangun startegi seperti apa, perubahan gaya bermain seperti apa, itu kan komunikasi dalam hitungan detik, apakah itu bisa dilakukan di dalam lapangan dengan banyaknya pemain naturalisasi dan bahasa yang tidak sama,” sambungnya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan tantangan terbesar bagi para pemain Indonesia dalam menerima pemain naturalisasi.
“Dan tantangan juga bagi pemain naturalisasi untuk bergabung dengan kita, karena mereka belum tentu mengenal karakter gaya bermain yang ada di timnas, dan tantangan terbesar bagi kebijakan naturalisasi itu sendiri,” tukasnya.
“Setelah belasan tahun kita naturalisasi kalo ga ada hasilnya juga, akan dipertanyakan kemudian, benarkah keputusan ini, karena sejak kita menaturalisasi, anggap lah dari jamannya Cristian Gonzalez, AFF 2010 kita ga juara kan, kemudian kita ikut AFF lagi dan ga ada juara juga, ga ada jaminan juga,” sambungnya.
“Kemudian ketika sejumlah pemain naturalisasi dari Belanda datang untuk piala AFF berikutnya dan hilang entah kemana dimana mereka, apakah kebijakan itu akan jadi solusi terbaik, jadi ga ada jaminan,” tambahnya.
Wesley juga menjelaskan bahwa, pemain naturalisasi sejatinya memang berpengaruh untuk kebutuhan Timnas, namun hanya secara individu.
“Memberi pengaruh pada warna-warni di dalam permainan, tapi apakah akan menjadi warna utama?, kita tunggu saja,” pungkasnya.