HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III-2022 kembali mengalami penurunan menjadi USD394,6 miliar, setelah sebelumnya yakni pada kuartal II-2022 tercatat sebesar USD403,6 miliar.
Secara tahunan, Bank Sentral Indonesia mencatat posisi utang luar negeri pada kuartal III ini mengalami kontraksi sebesar 7,0 persen year on year (yoy). Angka tersebut lebih baik terimbang periode sebelumnya, yang hanya sebesar 2,9 persen yoy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menuturkan bahwa penurunan jumlah utang luar negeri itu terjadi karena adanya penurunan utang di sektor publik, dimana di dalamnya termasuk utang yang berasal dari Pemerintah dan Bank Sentral, serta utang sektor swasta.
“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik maupun sektor swasta,” kata Erwin dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Selasa (15/11).
Erwin mencatat, utang luar negeri pemerintah pada kuartal III-2022 sebesar USD182,3 miliar, turun 11,3 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2021.
Dia menilai posisi ULN pemerintah pada kuartal III-2022 ini dalam posisi aman, sebab ULN pemerintah difokuskan untuk memenuhi kebutuhan belanja prioritas mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,6 persen).
Kemudian sektor jasa pendidikan (16,6 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,2 persen), sektor konstruksi (14,2 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,6 persen).
“Posisi ULN Pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN Pemerintah,” papar Erwin.
ULN swasta juga melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN swasta pada kuartal III 2022 tercatat sebesar USD204,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar USD207,7 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 2,6 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,1 persen (yoy).
“Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara dingin; serta sektor industri pengolahan dengan pangsa mencapai 77,8 persen dari total ULN swasta,” jelasnya.
“ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,7 persen terhadap total ULN swasta,” kata Erwin.
Bank Indonsia menilai struktur dari ULN Indonesia pada kuartal III-2022 ini masih tetap terkendali. Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,1 persen.
Selain itu, ULN Indonesia juga tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,4 persen dari total ULN.
“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” pungkas Erwin.