HOLOPIS.COM, JAKARTA – BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) mengatakan, fenomena munculnya kabut di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) akan sering terjadi.
Fenomena kabut tersebut terjadi secara alamiah, pada malam dan pagi hari karena adanya perbedaan suhu permukaan bumi di Jabodetabek dan sekitarnya.
“Selama musim hujan, potensi kabut di pagi hari intensitasnya akan lebih banyak di berbagai wilayah dataran rendah, khususnya perkotaan,” kata prakirawan BMKG dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (14/11).
“Fenomena kabut ini terjadi karena suhu permukaan bumi di Jabodetabek dan sekitarnya pada malam sebelumnya dalam keadaan lebih dingin ketimbang suhu udara di atasnya terlihat dari konsisten antara 19-24 derajat Celcius,” sambungnya.
Sementara itu suhu udara pada pagi hari, tidak berbeda jauh karena tutupan awan yang masih cenderung tebal dan cenderung ada inversi. Kondisi itu terjadi saat suhu udara di atas lebih hangat dibanding ke bawahnya akibatnya udara dingin yang mengandung uap air lembap masih terperangkat di lapisan rendah.
“Atas kondisi itu, uap air mengalami kondensasi menjadi titik-titik air yang lebih kecil, kemudian melayang di permukaan menjadi kabut,” jelasnya.
Namun, kabut yang muncul itu secara perlahan akan menghilang dengan sendirinya saat muncul sinar matahari pada pagi menjelang siang hari. BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tingkatkan kewaspadaan, karena kabut akan kurangi jarak pandang dari para pengendara.
“Oleh karena itu, keberadaan kabut berbahaya jika jarak pandang rendah di bawah 1 km, khususnya bagi pengendara moda transportasi (darat, laut, dan udara), karena keterbatasan jarak pandang menyebabkan pengemudi sulit memprediksi jika ada benda atau kendaraan lain di depannya. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati,” pungkasnya.