Kisah Nabi Isa AS & Nabi Terakhir dari Bani Israil

JAKARTA, HOLOPISCOM – Nabi Isa AS lahir dari rahim Maryam, seorang perawan yang terjaga kehormatannya. Kisah Nabi Isa menjadi bukti mukjizat dan kebesaran Allah SWT.
Nabi Isa merupakan Nabi dan Rasul ke-24 dari 25 Nabi dan Rasul yang wajib diimani umat Islam. Nabi terakhir Bani Israil ini diangkat Allah SWT ke langit.
Nabi Isa lahir pada masa Raja Herodes Romawi di Palestina tahun 1 SM. Dia lahir dari Maryam, yang merupakan anak Imran yang kemudian diasuh oleh Nabi Zakaria AS.
Kala itu, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril menemui Maryam. “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci,” kata Jibril sesuai QS Maryam ayat 19.
Maryam tak percaya mendengar ucapan itu. “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang [laki-laki] yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” kata Maryam.
Jibril lalu menjelaskan bahwa itu adalah kebesaran Allah SWT.
Maryam lalu mengandung Nabi Isa. Dia mengasingkan diri ke tempat yang jauh dari pemukiman penduduk.
Setelah melahirkan, Maryam kembali sambil menggendong putranya. Maryam lantas menjadi pembicaraan orang-orang dan disebut sebagai pezina.
“Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar,” ucap orang-orang kala itu. Maryam tak menggubris fitnah orang-orang terhadapnya. Dia hanya menunjuk anaknya. “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” ejek orang-orang.
Lalu, Nabi Isa AS yang masih bayi kecil itu tiba-tiba pandai berbicara. Dia berbicara dengan lancar untuk membela ibunya.
“Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,” kata Isa yang masih bayi sesuai QS Maryam. Berbicara saat masih bayi merupakan mukjizat Nabi Isa AS.
Sejak saat itu, Allah terus memperlihatkan mukjizat dan tanda Kenabian Isa.
Dikutip dari The Prophets: Kisah Hikmah 25 Nabi karya Dian Noviyanti, ketika berusia lima tahun, Nabi Isa membuat 12 burung-burung dari tanah liat. Nabi Isa juga mampu menghidupkan 12 burung-burung tersebut. Nabi Isa juga bisa berjalan di atas air.
Berdasarkan QS Ali-Imran ayat 49, Nabi Isa juga mampu menyembuhkan orang yang buta sejak lahir. Dia juga bisa menyembuhkan orang yang sakit kusta. Nabi Isa juga bisa menghidupkan orang yang telah mati.
Dengan mukjizat itu, Nabi Isa menyeru Bani Israil untuk bertobat dan menyembah Allah. Nabi Isa memberi tahu bahwa akan ada seorang Rasul terakhir dan tidak ada lagi utusan setekah itu, yakni Nabi Muhammad SAW. Namun, Bani Israil mengingkarinya. Mereka marah besar pada Isa.
Saat hari raya umat Yahudi, Nabi Isa berangkat menuju Baitul Maqdis (saat ini Masjidl Aqsa). Para pendeta dan juga Raja Pilathus, pengganti Raja Herodus membuat tipu daya untuk Isa.
Raja Pilathus memerintahkan untuk menghukum dan mengadili Isa. Seorang pengikut Nabi Isa, Yahudza al-Askharyuthi berkhianat dengan memberitahu tempat persembunyian Nabi Isa.
Namun, Allah juga membuat tipu daya bagi orang-orang tersebut. Allah mengangkat Nabi Isa ke langit dan menggantikan dengan seseorang yang mirip dengan Nabi Isa. Orang itu lalu dibunuh dan disalib.
“… Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak [pula] menyalibnya, tetapi [yang mereka bunuh adalah] orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang [pembunuhan] Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu [siapa sebenarnya yang dibunuh itu], melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,” firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 157.
Allah lalu berfirman kepada Isa bahwa Isa diangkat ke langit.
“Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan,” berikut bunyi QS Ali Imran ayat 55.
Nabi Isa merupakan pilihan Allah yang diberikan kepada Maryam. Tanda-tanda kenabian Isa terlihat dari sejumlah mukjizat yang dimilikinya. Kisah Nabi Isa AS menjadi bukti mukjizat dan kebesaran Allah SWT.
Menurut aqidah Islam, umat Islam wajib mempercayai bahwa Isa alaihis salam adalah salah seorang dari kedua puluh lima Nabi dan Rasul yang wajib diimani. Mereka wajib mengetahui dan meyakini kebenarannya.
Jadi kalau pada saat ini kita membicarakan tentang Nabi Isa alaihim salam pada hari yang disebut hari wafatnya tidak salah karena Islam berkepentingan meluruskan masalah ini, yakni terutama tentang penyaliban dan kamatian Nabi Isa alaihis salam dan akan turunnya ke bumi di masa depan sebelum hari Kiamat.
Secara jelas dan tegas, Allah subhanahu wata’ala dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisa, ayat 157, memberikan bantahan tentang penyaliban Nabi Isa alaihis salam sebagai berikut,
وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
Artinya, “Mereka tidaklah membunuh Isa dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa.”
Di dalam Islam, doktrin tentang dosa warisan tidak dikenal. Justru Islam mengajarkan bahwa setiap anak manusia lahir ke bumi dalam keadaan suci tanpa membawa dosa apapun dan dari siapa pun termasuk dari kedua orang tuanya sendiri dan apalagi dosa Nabi Adam dan Hawa.
Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
Artinya: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).”
Bagaimanakah pandangan Islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits tentang wafatnya Nabi Isa yang oleh orang-orang Nasrani diyakini hidup kembali?
Para ahli tafsir bersepakat bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam tidak pernah disalib. Sebagaimana ditegaskan dalam Surat An-Nisa, ayat 157 tadi, orang yang meninggal dalam kayu Salib tersebut sebetulnya adalah seseorang yang oleh Allah subhanahu wata’ala diserupakan dengan Nabi Isa ‘alaihis salam.
Banyak pihak meyakini ia bernama Yudas Iskariot. Sekali lagi pada kasus penyaliban ini para ahli tafsir dalam Islam bersepakat satu pandangan, namun terkait dengan pertanyaan apakah Nabi Isa benar-benar telah wafat, mereka tidak bersepakat.
Pendapat yang menafsirkan Nabi Isa Sudah Wafat
Para ahli tafsir dalam Islam memang terbelah dua dalam menyikapi apakah Nabi Isa ‘alaihis salam telah wafat atau masih hidup.
Mereka memiliki argumentasi masing-masing yang pada intinya mereka berbeda dalam menafsirkan Surat Ali Imran ayat 55, Surat Al-Ma‘idah ayat 117 dan 144 serta Surat An-Nisa’ ayat 159. Perbedaan penafsiaran terjadi terutama dalam memaknai kata  مُتَوَفِّيكَ“mutawaffika” yang terdapat dalam Al-Qur‘an Surat Ali Imran, ayat 55 sebagai berikut:
إِذْ قالَ اللهُ يا عيسى‏ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَ رافِعُكَ إِلَيَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذينَ كَفَرُوا
Artinya: “(Ingatlah) tatkala Allah berkata: Wahai lsa,sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir. ”
Beberapa ahli tafsir meyakini bahwa  kata-kata مُتَوَفِّيكَ yang artinya “mewafatkan engkau” pada ayat di atas bermakna sesuai dengan arti leksikal atau makna dhahirnya, yakni “wafat” atau “mati”.
Dengan pemahaman seperti itu mereka meyakini bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam benar-benar telah diwafatkan oleh Allah sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ahli tafsir yang memiliki pemahaman seperti ini antara lain adalah Buya Hamka, Syaikh Muhammad Abduh dan Sayyid Rasyid Ridha, Prof.Dr. Mahmud Syaltut, dan sebagainya.
Selain itu, mereka dalam menafsirkan kata-kata وَ رَافِعُكَ yang artinya “Allah mengangkat engkau (Nabi Isa)” sebagaimana terdapat dalam Surat Ali Imran, ayat 55, bukan dalam arti bahwa Allah mengangkat ruh dan jasmani beliau ke langit, tetapi Allah mengangkat derajat Nabi Isa ‘alaihis salam tinggi-tinggi sebagaimana Allah mengangkat derajat para nabi lainnya.
Jadi yang diangkat oleh Allah menurut para ahli tafsir tersebut bukan fisik dan rohani Nabi Isa ‘alaihis salam melainkan hanya derajatnya sehingga bersifat immaterial.
Demikian pula terkait dengan akan turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam ke bumi, mereka menafsirkan bahwa bukan jasad dan ruh Nabi Isa ‘alaihis salam yang akan turun ke bumi, melainkan ajarannya yang asli yang penuh rahmat, cinta dan damai. Ajaran itu mengambil maksud pokok dari syariat. (Lihat Syaikh Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur’an al-Hakim [Tafsir al-Mannar], Kairo, Dar al-Mannar, 1376 H, Juz 3,Cet. III, hal. 317).
Pendapat yang menafsirkan Nabi Isa Masih Hidup Secara Jasmani & Rohani
Beberapa ahli tafsir lainnya yang meyakini bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam belum wafat atau masih hidup mendasarkan pemahamannya bahwa kata مُتَوَفِّيكَ pada Surat Ali Imran ayat 55 tidak bermakna leksikal “mewafatkan engkau” tetapi bermakna kontekstual, yakni “menidurkan engkau”, sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir bahwa yang dimaksud dengan اَلْوَفَاةُ “wafat” terkait Nabi Isa ‘alaihis salam adalah اَلنَّوْمُ yang artinya “tidur”. (Lihat Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim, Bairut, Dar Ibn Hazm, 2000, hal. 368).
Pemaknaan kontekstual seperti itu berimplikasi bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam belum wafat atau masih hidup baik secara fisk maupun non-fisik karena mereka meyakini Allah mengambil ruh dan jasad Nabi Isa secara bersama sama untuk diangkat ke langit dalam keadaan tidur.
Implikasi berikutnya adalah mereka memahami bahwa Nabi Isa akan turun ke bumi dengan  jasad dan ruhnya di masa depan berdasarkan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Para ahli tafsir yang memilih pemaknaan seperti ini selain Ibnu Katsir, adalah Al Baidhawi, Syaikh Thanthawi, Ibnu Taimiyah, dan lain sebagainya.
Meskipun terdapat dua kubu ahli tafsir yang berbeda pendapat tentang sudah wafatnya Nabi Isa ‘alaihis salam, namun sebagian besar umat Islam sepakat bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam masih hidup sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Athiyah dalam kitab tafsirnya Al-Muharrar Al-Wajiz sebagai berikut:
وَأَجْمَعَتِ الْأُمَّةُعَلَى مَا تَضَمَّنَهُ الْحَدِيثُ الْمُتَوَاتِرُمِنْ: «أَنَّ عِيسَى فِي السَّمَاءِ حَيٌّ،وَأَنَّهُ يَنْزِلُ فِي آخِرِالزَّمَانِ، فَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ، وَيَكْسِرُالصَّلِيبَ، وَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ، وَيَفِيضُ الْعَدْلُ، وَتَظْهَرُ بِهِ الْمِلَّةُ، مِلَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَحُجُّ الْبَيْتَ، وَيَعْتَمِرُ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ أَرْبَعًا وَعِشْرِينَ سَنَةً» وَقِيلَ: أَرْبَعِينَ سَنَةً ثُمَّ يُمِيْتُهُ اللهُ تَعَالَى
Artinya: “Umat Islam sepakat untuk meyakinkan kandungan hadis yang mutawatir bahwa Nabi Isa hidup di langit. Beliau akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, menegakkan keadilan, agama Nabi Muhammad menjadi menang bersama beliau, Nabi Isa juga berhaji dan umrah, dan menetap di bumi selama dua puluh empat. Ada juga yang menyakan 40 tahun dan kemudian Allah mewafatkannya.” (lihat Ibnu Athiyyah, al-Muharrar al-Wajiz, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001, Juz I, hal. 444).
Menyikapi khilafiyah di bidang keyakinan sebagaimana diuraikan di atas, umat Islam tidak perlu berkecil hati ataupun mengkhawatirkan sesuatu sebab masalah ini bukanlah masalah keimanan yang bersifat fundamental, melainkan lebih merupakan perbedaan biasa karena secara umum merupakan perbedaan budaya.
Masing-masing umat Islam baik yang percaya maupun tidak percaya bahwa Nabi Isa alaihis salam masih hidup tidak berisiko menanggung apa pun sebab persoalan ini bukan masalah qath’i. Mereka tetap sama-sama mukmin dan bukan kafir.
(NU Online dan berbagai sumber)

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral