HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid mengatakan bahwa revolusi akhlak yang saat ini sedang menjadi narasi Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Shihab memiliki dua mata pisau yang bisa bermakna baik dan bisa juga bermakna sebaliknya.

“Revolusi akhlak kalau maknanya memperbaiki akhlak yang kurang baik bisa bermakna positif. Tapi Habib Rizieq harus clear dulu, targetnya itu memang untuk keumatan atau politis saja,” kata Habib Syakur kepada Holopis, Sabtu (23/7).

Jika memang narasinya itu untuk seluruh bangsa Indonesia, tanpa terkecuali kepada para pendukungnya sendiri, maka Habib Rizieq dinilai sedang memposisikan sebagai ulama dan tokoh agama.

“Habib Rizieq harusnya juga bisa menasehati kelompok-kelompok pro khilafah, dan termasuk kepada mereka yang suka berbohong sekalipun satu gerbong politik dengannya,” ujarnya.

Namun jika revolusi akhlak itu ditujukan hanya kepada kelompok di luar barisan politiknya, maka Habib Syakur menilai ucapan Habib Rizieq tidak sepatutnya didengarkan. Karena imam besar FPI itu sedang memposisikan dirinya sebagai pelaku politik saja, tidak lebih dari itu.

“Kalau sasaran tembaknya hanya ke satu pihak yang tidak sesuai dengan faksi politiknya, maka beliau bukan ulama tapi politisi,” tegasnya.

Ketika Habib Rizieq memposisikan sebagai politisi, maka ucapan yang keluar dari mulutnya pun tidak bisa dianggap sepenuhnya benar, karena narasi yang muncul cenderung relatif dan hanya bertujuan untuk kepentingan kekuasaan semata.

“Kekuasaan itu tidak selalu untuk beliau, tapi pihak yang beliau dukung dan mengamankan posisinya secara politik. Kan begitu,” tandasnya.

Ulama asal Kota Malang ini menyarankan agar Habib Rizieq bisa mulai menata diri dengan mengeluarkan narasi-narasi keislaman, kebangsaan dan rahmatan lil ‘alamin. Ia juga menyarankan agar Habib Rizieq bisa menjadikan dirinya contoh seperti apa itu cara berakhlak dengan baik melalui ucapan maupun perbuatan.

“Pasca kebebasan Habib Rizieq ini, otomatis dia harus berbicara tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama, pentingnya jaga sikap dan budi pekerti luhur. Tapi kalau politis, ya sudahlah nggak usah banyak didengar, namanya juga politis. Benar salah itu kan selera dia saja,” tuturnya.