Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
NewsEkobizDPR Minta Sri Mulyani Tak Anggap Remeh Ancaman Resesi Ekonomi

DPR Minta Sri Mulyani Tak Anggap Remeh Ancaman Resesi Ekonomi

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad meminta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk tidak menganggap remeh ancaman resesi ekonomi yang terjadi pada saat ini.

“Meski struktur dan fundamental ekonomi Indonesia dikatakan jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang terjadi di Sri Lanka, namun bukan berarti bebas ancaman resesi,” kata Kamrussamad, Sabtu (16/7).

Dia mengingatkan, krisis ekonomi yang menimpa Sri Lanka saat ini salah satunya dipicu oleh utang yang membengkak, di mana rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Sri Lanka mencapai 117 persen.

Meski rasio utang Indonesia saat ini masih dalam kondisi wajar, namun rasio tersebut kemungkinan akan meningkat apabila nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan.

“Sementara rasio utang Indonesia saat ini 38 persen terhadap PDB. Meski demikian, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, rasio ini bisa meningkat,” ucapnya.

Berdasarkan prediksi IMF, lanjut Kamrussamad, kondisi ekonomi global terus menuju ke arah zona merah. Bahkan berdasarkan survei Bloomberg, posisi Indonesia berada di urutan ke 15 dalam daftar negara yang terancam resesi.

“Survei Bloomberg, menempatkan Indonesia negara terancam resesi bersama Sri Lanka, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia, Taiwan, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, lalu India,” kata politikus Gerindra itu.

“Indikator ekonomi Indonesia saat ini memang lebih baik. Tapi trajectory nya mirip dengan lintasan negara-negara yang mengalami resesi,” sambungnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang masih menunjukkan kinerja positif tidak menjadi jaminan untuk terhindar dari ancaman resesi. Sebab menurutnya, pada 1996 pertumbuhan ekonomi sangat tinggi yakni sekitar 8 persen lebih tetapi pertengahan 1997 terjadi krisis.

“Saat ini, cadangan devisa kita sudah berkurang sekitar 12 miliar dolar AS sejak September 2021 dan terus berkurang dalam 4 bulan terakhir ini. Apalagi ditambah trend capital outflow akibat kenaikan suku bunga The Fed,” ujarnya.

“Belum lagi tren harga komoditas mulai menurun sekarang. Ini berpotensi mempercepat krisis valuta,” tambahnya.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Menhub Klaim Punya Jurus Jitu Turunkan Harga Tiket Pesawat

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mengungkapkan sejumlah cara untuk menurunkan harga tiket pesawat yang semakin mahal. Setidaknya, kata dia, terdapat empat cara yang dipaparkan olehnya.

DJP Klaim MLI STTR yang Diteken Sri Mulyani Bisa Dongkrak Penerimaan Pajak

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengklaim, perjanjian Multilateral Instrument Subject to Tax Rule (MLI STTR) bisa mendongkrak penerimaan pajak negara.

Pasar Keuangan RI Banjir Dana Asing dalam Sepekan

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia selama sepekan terakhir, yakni selama periode transaksi 17 - 19 September 2024 sebesar Rp 25,6 triliun.

Harga Bahan Pangan Kompak Naik di Akhir Pekan

Harga bahan pangan secara nasional di tingkat pedagang eceran terpantau mengalami kenaikan pada akhir pekan ini, Sabtu 21 September 2024.