JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo angkat bicara terkait rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (18/3) kemarin, yang bahkan sempat memicu trading halt.
Perry menilai, rontoknya harga saham yang terjadi pada pasar modal Indonesia merupakan bagian dari pergeseran portofolio investasi global.
Sebab saat ini, kata dia, terjadi pola perubahan arah investasi dari saham saat ini terjadi perubahan arah investasi dari instrumen saham ke instrumen investasi lainnya yang lebih aman dari gejolak ekonomi, seperti emas dan obligasi.
“Terjadi pergeseran portofolio investasi global yang sebelumnya itu berbondong-bondong semuanya ke Amerika, sekarang mulai ada pergeseran untuk obligasi ya, fix income securitie,” ujar Perry dalam konferensi pers, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (19/3).
“Mulai ada pergeseran ke emerging market, sebagian sudah ke emas. Untuk saham, saham itu memang di Amerika juga terjadi penurunan harga saham,” imbuhnya.
Menurut Perry, penurunan harga saham bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Asia. Hal ini mencerminkan tren global, di mana investor mulai mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi.
Meski demikian, Perry menuturkan, instrumen keuangan Indonesia, seperti Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tetap menarik secara fundamental.
Faktor utama yang mendukung daya tarik ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat, dengan proyeksi 4,7–5,5 persen pada 2025.
“Karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi, instrumen aset keuangan Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor,” kata Perry.
Sebelumnya, IHSG sempat merosot lebih dari 7 persen pada perdagangan Selasa kemarin. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat membekukan perdagangan untuk sementara (trading halt) selama 30 menit, menjelang penutupan perdagangan sesi I.