JAKARTA – Harga emas diramal bakal tembus di angka USD3.100, mengingat harga logam mulia itu sudah menembus level psikologis USD3.000 untuk pertama kalinya pada Jumat (15/3).
Harga emas spot (XAU/USD) pada Jumat pekan lalu sempat mencetak rekor tertinggi di USD3.004,86 per troy ons, sebelum akhirnya terkoreksi tipis 0,1 persen ke USD2.986,26 karena aksi ambil untung.
Capaian itu didorong oleh meningkatnya minat investor mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang yang dipicu Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
“Setiap perkembangan dalam konflik perdagangan akan sangat menentukan,” ujar analis Pepperstone, Quasar Elizundia, seperti dikutip Holopis.com, Senin (7/3).
Jika ketegangan meningkat, kata dia, daya tarik emas sebagai aset lindung nilai akan semakin kuat. Sebaliknya, kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina bisa sedikit meredakan pasar.
Sementara itu, trader logam independen, Tai Wong juga melihat adanya peluang harga emas akan kembali mencetak rekor lagi, mengingat emas merupakan salah satu aset yang dapat dikategorikan save heaven.
“Para investor yang tertekan mencari aset safe haven utama,” kata Tai Wong.
Sebagai aset yang kerap menjadi pelindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik, emas naik hampir 14 persen sepanjang 2025.
Lonjakan ini sebagian besar didorong oleh kekhawatiran terhadap dampak perang tarif serta aksi jual di pasar saham.
“Manajer aset riil, terutama di Barat, membutuhkan guncangan di pasar saham dan perlambatan ekonomi untuk kembali melirik emas — dan itulah yang sedang terjadi sekarang,” ujar Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.
Permintaan dari bank sentral juga turut menopang harga emas. China, sebagai pembeli utama, terus menambah cadangan emasnya selama empat bulan berturut-turut hingga Februari.
Proyeksi Pekan Ini
Harga emas yang menembus USD3.000 per troy ons memicu optimisme di pasar, dengan mayoritas analis dan investor ritel masih memperkirakan kenaikan lebih lanjut pekan ini.
Survei mingguan Kitco News menunjukkan 60 persen analis Wall Street memprediksi harga emas akan naik, sementara 20 persen memperkirakan koreksi, dan sisanya melihat konsolidasi.
Dari jajak pendapat daring, 67 persen investor ritel juga yakin emas akan melanjutkan reli, dengan hanya 18 persen yang memperkirakan pelemahan.
Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day meyakini pembelian oleh bank sentral akan terus mendorong harga emas melewati USD3.000.
“Level itu bukan batasan bagi bank sentral asing atau pembeli yang menghargai emas dalam mata uang mereka sendiri,” ujarnya.
Namun, beberapa analis memperingatkan potensi aksi ambil untung. Analis Asset Strategies International, Rich Checkan, memprediksi koreksi setelah emas menyentuh USD3.000, sebelum kembali menguat.
Sementara, analis Walsh Trading, Sean Lusk mengingatkan, bahwa volatilitas tinggi bisa berlanjut, dipicu perubahan cepat dalam dinamika politik dan ekonomi.
Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati keputusan suku bunga dari bank sentral utama, termasuk Bank of Japan (BOJ), Federal Reserve (The Fed), Swiss National Bank, dan Bank of England (BOE).
Selain itu, data ekonomi seperti penjualan ritel AS dan klaim pengangguran juga berpotensi memengaruhi pergerakan harga emas.