JAKARTA – Pemerintah optimistis mampu menggerakkan perekonomian Indonesia dengan baik sepanjang kuartal I-2025, dengan mengeluarkan berbagai kebijakan insentif untuk mendorong aktivitas ekonomi, terlebih pada momen Hari Raya Lebaran seperti saat ini.
“Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2025, pemerintah mendorong peningkatan demand dan supply dalam mendukung pergerakan ekonomi saat libur Lebaran,” kata dalam keterangannya, Sabtu (15/3/2025).
Berbagai program yang disiapkan pemerintah mulai dari program pariwisata selama periode Idulfitri yang diproyeksikan akan terdapat sebanyak 122,1 juta perjalanan wisatawan.
Kedua yakni pemberian insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah atau PPN DTP yang ditambah sebesar 6 persen untuk tiket transportasi, serta diskon tarif tol sebesar 20 persen di beberapa ruas tol.
Ketiga ialah percepatan program pembelian kendaraan bermotor listrik yang telah disepakati pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya melalui pemberian bantuan sebesar Rp7 juta per unit motor dari fiskal pemerintah.
Keempat pemerintah juga telah mengimbau kepada para pemberi kerja untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan bagi pekerja/buruh, serta Bonus Hari Raya bagi pengemudi dan kurir.
THR dan Bonus Hari Raya itu diimbau untuk dibayarkan paling lambat tujuh hari sebelum Hari Raya Lebaran. Sementara untuk penyaluran THR ASN Pusat dan Daerah serta pensiunan, dilakukan pada 2 pekan sebelum Lebaran.
Kelima ialah program belanja nasional, antara lain Friday Mubarak pada 28 Februari-28 Maret 2025 dengan target transaksi sebesar Rp 75-77 triliun.
Kemudian program Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran pada 14-30 Maret 2025, dengan target transaksi Rp 30 triliun, serta kampanye belanja online Ramadhan di seluruh e-commerce.
Di samping menyiapkan berbagai kebijakan untuk menjaga perekonomian tersebut, pemerintah juga terus memonitor dinamika ekonomi global yang terus mengalami perubahan, salah satunya terkait kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat seperti terkait tarif.
“Meskipun sejumlah negara menghadapi risiko resesi yang lebih tinggi, Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik,” ucap Airlangga.
Menurut data Bloomberg pada Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia kurang dari 5 persen, jauh lebih rendah dari negara-negara lain, seperti Meksiko yang mencapai 38 persen, Kanada 35 persen dan Amerika Serikat 25 persen.
Proyeksi probabilitas ini pun diperkuat dengan data terakhir capaian pertumbuhan ekonomi pada 2024 sebesar 5,03 persen. Selain itu, leading indicator perekonomian nasional juga mencatatkan angka yang impresif sehingga menunjukkan optimisme masih kuat.
Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level optimis sebesar 126,4 pada Februari 2025, PMI Manufaktur yang tetap ekspansi di level 53,6, serta inflasi yang terkendali yakni deflasi 0,48 persen (mtm), dengan komponen inti mengalami inflasi 0,25 persen (mtm).
“Dengan pondasi ekonomi nasional yang solid, diversifikasi mitra dagang, serta hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia berpeluang besar menjaga stabilitas dan daya saingnya di tengah gejolak ini,” tutur Airlangga.