JAKARTA – Sejumlah aktivitas Hizbut Tahrir muncul di berbagai daerah pada pekan lalu. Isu yang mereka angkat adalah soal pembebasan Palestina dan kecaman terhadap genosida atas Israel. Aksi mereka gelar di beberapa kota besar, baik di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Medan hingga Palembang.
Merespons hal itu, mantan Ketua DPD Hizbut Tahrir Indonesia Bangka Belitung (HTI Babel) Ayik Heriansyah mengatakan bahwa isu dalam demonstrasi tersebut agenda utama mereka. Justru isu Palestina hanya sebagai tunggangan semata untuk men-sosialisasi-kan isu utama yakni penegakan Khilafah.
“Palestina itu isu bukan utama, tapi khilafah itu yang dianggap bisa menyelesaikan masalah Palestina,” kata Ayik dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2025).
Pada dasarnya kata Ayik, Hizbut Tahrir sebenarnya tidak peduli dengan Palestina. Sebab, mereka sangat tidak setuju dengan adanya national state dengan sistem apa pun, baik demokrasi, monarki dan sebagainya.
“Jadi mereka bukan sekadar demo. Demo itu hanya untuk penkondisian masyarakat saja,” tuturnya.
Dijelaskan Ayik, target utama Hizbut Tahrir adalah menjadikan semua negara di dunia ini sebagai satu negara atau global state yang dipimpin oleh Khalifah. Oleh sebab itu, kemerdekaan Palestina jelas bukan target utama dari seluruh seruan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di manapun, termasuk di Indonesia.
“Ideologi harus menghadirkan kehidupan nyata, mereka hanya ingin mewujudkan (kehidupan nyata) dalam bentuk negara, dan HTI itu menganggap negara sebagai Khilafah,” ujarnya.
Lantas mengapa Hizbut Tahrir menggunakan isu Palestina dan Genosida dalam kegiatan demonstrasinya. Ayik menjelaskan bahwa mereka akan menggunakan isu apa pun yang dapat menarik minat publik untuk bisa bersama-sama satu barisan.
“Isu Palestina ini kan siapa pun di dunia bisa ikut bersikap, bahkan orang non Islam juga kan,” terangnya.
Selain itu, Ayik juga menjelaskan bahwa misi penting untuk bisa menegakkan Khilafah adalah menciptakan kondisi ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintahnya. Sehingga isu apa pun yang bisa dijadikan alat untuk mendiskreditkan pemerintah dan merusak kepercayaan rakyat kepada Presidennya, maka isu tersebut akan digunakan dan diglorifikasi.
“Kerjaan HTI itu memutus kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dia akan mengritik pemerintah agar masyarakat tidak percaya lagi dengan pememerintah,” jelas Ayik.
“Jadi apa pun yang ada mereka akan lakukan, seperti kasus gas, agraria, PIK 2, sembari mereka menawarkan solusi. Apa pun masalahnya, solusinya adalah Khilafah,” sambungnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, tercatat ada 22 kota dijadikan lokasi untuk melakukan aksi damai oleh kelompok Hizbut Tahrir. Sebuah gerakan pendengung ideologi Khilafah tanpa nama pasca Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan oleh pemerintah tahun 2017 silam.
Aksi tersebut mereka lakukan serentak pada hari Minggu tanggal 2 Februari 2025. Setidaknya ada momentum yang dijadikan pijakan berjalannya aksi tersebut. Yakni momentum 28 Rajab dimana bertepatan dengan kejatuhan Khilafah Turki Utsmani, serta Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Di samping itu, isu global yang diangkat dalam aksi tersebut adalah soal genosida di Palestina oleh zionis Israel. Sehingga publikasi yang terlihat dalam aksi unjuk rasa serentak itu menggunakan tiga poin tersebut.