HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mantan pendiri Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bangka Belitung, Ayik Heriansyah mengingatkan bahwa organisasinya tersebut adalah ancaman bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Maka kalau HTI berhasil menduduki kekuasaan, maka Indonesia akan hilang, NKRI akan hilang, Pancasila akan hilang. Maka Indonesia akan menjadi tinggal kenangan,” kata Ayik dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2025).
Ia mengingatkan bahwa HTI tidak sama dengan Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakat Islam. Perbedaan yang paling utama adalah, HTI memperjuangkan tegaknya Khilafah, adalah sebuah sistem pemerintahan negara. Mereka tidak menginginkan negara Indonesia, akan tetapi mengubah Indonesia sebagai bagian dari Khilafah yang diproyeksikan sebagai global state.
“HTI itu bahaya gak sih? karena banyak orang menganggap HTI seperti Muhammadiyah atau NU. Saya katakan tidak,” tegasnya.
Masuk ke Tubuh Militer
Lebih lanjut, Ayik mengatakan bahwa target operasi Hizbut Tahrir ada 2 (dua), yakni kalangan sipil atau masyarakat umum, serta kalangan militer. Dua target operasi tersebut memiliki pola pergerakan yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama, adalah merusak kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan sistem negara, hingga akhirnya tawaran untuk menggantinya dengan sistem Khilafah diharapkan dapat diterima oleh semua pihak.
Dan dalam paparannya, Ayik menyampaikan jika sejauh ini Hizbut Tahrir sudah masuk ke tubuh militer pada sebuah negara yang menjadi target operasinya, baik yang pernah dilakukan di Yordania, bahkan saat ini yang berlangsung di Indonesia. Program penyusupan ini dikontrol oleh sebuah biro khusus bernama Lajnah Thalab An Nushrar.
“HTI punya biro khusus namanya Lajnah Thalabun An Nushrah. Tugas mereka adalah perekrutan perwira militer untuk melakukan kudeta,” terangnya.
Biro khusus ini dijelaskan Ayik adalah sebuah badan yang dikomando oleh Hizbut Tahrir internasional dengan sangat matang. Di Indonesia, anggota Thalabun Nushrah tersebut tak lebih dari 15 orang. Namun dampak dari gerakan mereka sanggup menembus benteng pertahanan institusi negara sekelas militer. Bahkan ia menyebut ada gerakan Hizbut Tahrir yang sudah bercokol di institusi tersebut melalui halaqoh dan kajian yang dilaksanakan.
“Isi dari Lajnah ini sedikit, mereka diangkat langsung oleh Hizbut Tahrir Internasional,” paparnya.
Pun demikian, ia tak menampik bahwa pergerakan dari Thalabun An Nushrah tersebut juga sudah menyusup ke berbagai instansi negara lain, baik di kementerian, BUMN maupun Kepolisian. Namun ia mengatakan jika mayoritas mereka bergerak di institusi militer Indonesia.
Dan ketika mereka sudah berhasil mengendalikan penuh institusi Tentara tersebut, maka hal itu merupakan selangkah menuju perwujudan cita-cita Hizbut Tahrir, yakni melakukan kudeta pemerintahan yang sah, dan menegakkan Khilafah.
“Kenapa militer, karena dianggap memiliki kekuatan. Prioritasnya adalah tentara yang punya pasukan dan komando,” tutur Ayik.

Lantas mengapa mereka melakukan demonstrasi yang berkaitan dengan Palestina dan isu-isu sosial lainnya. Ayik menjelaskan bahwa hal itu adalah bagian dari cipta kondisi Hizbut Tahir untuk melakukan propaganda kepada masyarakat. Maka dari itu, kelompok tersebut akan menggunakan isu-isu populer yang cukup efektif menarik perhatian masyarakat untuk bersama-sama menyuarakan isu tersebut. Dan ketika masyarakat sudah terpancing, maka bendera Al Liwa dan Al Roya sebagai simbol Hizbut Tahrir akan berkibar lebih tinggi dan banyak masyarakat akan direkrut.
“Jadi mereka bukan sekadar demo. Demo itu hanya untuk penkondisian masyarakat saja. Mereka tidak peduli dengan kemerdekaan Palestina, karena mereka tidak ingin ada national state, mereka kan inginnya global state,” jelas Ayik.
Hal ini lah yang ingin Ayik sampaikan, bahwa Hizbut Tahrir akan menggunakan isu-isu sensitif yang berpotensi mendatangkan daya tarik masyarakat secara masif. Serta apa pun isu yang dapat memicu masyarakat tidak percaya dengan pemerintah, maka hal itu akan mereka glorifikasi.
“Kerjaan HTI itu memutus kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dia akan mengritik pemerintah agar masyarakat tidak percaya lagi dengan pememerintah. Jadi apa pun yang ada, mereka akan lakukan, seperti ; kasus gas, isu agraria, PIK 2. Sembari mereka menawarkan solusi. Apa pun masalahnya solusinya adalah Khilafah,” papar Ayik.
Hizbut Tahrir Sudah Melakukan Upaya Kudeta
Dipaparkan lagi oleh Ayik, bahwa Hizbut Tahrir sudah melakukan upaya makar. Hal ini karena ide dan gagasan yang disuarakan oleh kelompok ini adalah meniadakan negara sebagai national state, akan tetapi ingin membongkar Indonesia dan menghilangkan dasar-dasarnya, mulai dari Pancasila, istilah NKRI, maupun Undang-Undang Dasar.
“Mereka sudah siap dengan UU, mereka sudah siap dengan sistemnya. Jadi ketika Indonesia bubar, mereka sudah sangat siap dan tinggal menjalankan sistem Khilafahnya itu,” terangnya.
Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa Hizbut Tahrir sudah jelas melakukan agenda makar. Sehingga situasi saat ini patut untuk diwaspadai oleh semua pihak khususnya institusi penegak hukum dan keamanan di Indonesia agar misi Hizbut Tahrir tidak tercapai di Indonesia.
“Sudah makar, mereka sudah bisa dikategorikan makar. Karena mereka mengajak untuk tidak percaya pada pemerintah, tidak percaya pada sistem di Indonesia, mengajak untuk menkudeta pemerintah, ingin mengganti Indonesia dengan Khilafah,” tegasnya.
Ia berharap penjelasan ini tidak dianggap sebagai sekadar menimbulkan ketakutan, akan tetapi memang benar-benar ancaman nyata bagi keutuhan dan eksistensi Indonesia sebagai negara.
“Thalabun An Nushrar itu sudah bergerak sejak 1966 sampai 1993. Mereka mulai melakukan kudeta di Jordan. Hizbut Tahrir sudah melakukan upaya kudeta juga di negara arab. Dan dilakukan juga di Indonesia,” pungkasnya.