Tangsel Darurat Sampah, Benyamin Janjikan Solusi Permanen: Beban Moral Saya


Oleh : Dani Yoga

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Tumpukan sampah yang bertebaran membuat Kota Tangerang Selatan jadi sorotan. Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie pun buka suara terkait polemik maraknya tumpukan sampah.

Menurut dia, krisis sampah di wilayah yang dipimpinnya itu jadi momentum untuk transisi besar-besaran. Kata dia, transisi itu mulai dari pola pembuangan konvensional menuju sistem pengolahan sampah modern berbasis teknologi.

Benyamin menyadari warganya yang resah dan tidak nyaman karena banyaknya tumpukan sampah.

Dia bilang, Pemkot Tangsel saat ini tak lagi sekadar ingin memindahkan masalah ke tempat lain. Tapi, kata Benyamin sedang memutus rantai persoalan sampah dari akarnya.

"Saya merasakan betul kegelisahan warga. Bau yang tidak sedap dan pemandangan tumpukan sampah itu adalah beban moral bagi saya," kata Benyamin, dalam keterangannya, Minggu, (28/12/2025).

Ia menyampaikan kondisi saat ini terjadi karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Cipeucang sudah tak mampu lagi menampung beban sampah. Ia menyebut jika terus melakukan pembuangan sampah di TPA Cipeucang hanya menanbah masalah.

"Akan menciptakan bencana lingkungan yang lebih besar bagi anak cucu kita," ujar dia.

Menurut dia, untuk solusi permanen persoalan ini, perlu proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL). Ia menyampaikan proyek itu sudah melewati tahapan lelang yang ketat.

Pun, rencana proyek itu sudah ada di fase krusial sebelum konstruksi dimulai. Dia mengatakan proyek itu merupakan bagian dari program strategis nasional untuk mengatasi darurat sampah perkotaan.

Dia menuturkan soal rincian teknisnya, PSEL nanti akan memiliki kapasitas olah yang sangat masif, mencapai 1.000 hingga 1.100 ton sampah per hari.

"Ini setara dengan seluruh timbulan sampah yang dihasilkan warga Tangsel setiap harinya," ujar dia.

Lebih lanjut, dia mengatakan teknologi thermal yang digunakan memiliki standar emisi yang sangat ketat.

"Sampah akan habis dibakar dan dikonversi menjadi energi listrik, bukan lagi ditumpuk hingga menggunung," tutur Benyamin.

Lebih lanjut, dia menyebut sistem itu juga mampu mereduksi volume sampah hingga 90 persen. Dengan demikian, residu yang dihasilkan sangat minimal.

"Ini adalah jawaban atas keterbatasan lahan kita yang semakin padat demi mencapai target zero landfill," ujar politikus Partai Gerindra itu.

Tapi, Benyamin mengatakan teknologi tak akan maksimal tanpa penanganan darurat yang responsif. Dia mengatakan sembari menunggu PSEL beroperasi secara permanen, Pemkot Tangsel menjalankan strategi berlapis untuk mengurai kemacetan sampah di lingkungan warga.

"Saya telah menginstruksikan langkah-langkah darurat yang bersifat empatik di lapangan. Pertama, kita lakukan pengangkutan prioritas dengan mengerahkan armada tambahan di titik-titik pemukiman padat dan fasilitas umum agar estetika kota tetap terjaga," tuturnya.

Kemudian, ia menambahkan, kerja sama regional juga jadi kunci jangka pendek. Pemkot Tangsel juga melanjutkan koordinasi pembuangan sampah sementara ke daerah mitra. Upaya itu dengan membuang ke TPA Cilowong di Serang untuk menekan beban berat di Cipeucang.

Selain itu, ia menyebut Pemkot Tangsel juga mengaktivasi kembali lebih dari 36 tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) di setiap kelurahan.

"Aspek kesehatan warga tetap nomor satu. Saya memerintahkan penyemprotan disinfektan dan cairan pengurai bau secara rutin di titik-titik tumpukan sampah yang belum terangkut untuk meminimalisir dampak sanitasi," ujarnya.

Tampilan Utama
/