Harga Emas Diprediksi Naik Lagi, Ini Level Krusialnya
HOLOPIS.COM, JAKARTA - Harga emas kembali menjadi sorotan pasar pada perdagangan Sabtu (27/12/2025). Sentimen bullish dinilai masih sangat kuat, baik untuk jangka pendek maupun menengah, seiring kombinasi indikator teknikal positif dan dukungan fundamental global.
Minat investor terhadap aset safe haven terus meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Ekspektasi berlanjutnya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) serta kondisi pasar global yang cenderung risk-off menjadi pendorong utama penguatan emas.
Menurut Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, ketegangan geopolitik yang belum mereda dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global membuat emas kembali menjadi pilihan utama investor.
"Struktur pergerakan harga emas masih berada dalam tren naik yang kuat. Pola harga mencerminkan dominasi buyer, dengan tekanan beli yang konsisten menjaga emas tetap bergerak di jalur bullish," ujar Andy dalam keterangannya yang dikutip Holopis, Minggu (28/12/2025).
Andy menambahkan, indikator teknikal utama menunjukkan bahwa momentum kenaikan belum melemah, sehingga peluang kelanjutan tren masih terbuka lebar. Selain investor ritel dan institusional, permintaan emas dari bank sentral global juga dilaporkan tetap tinggi, memperkuat fondasi kenaikan harga dalam jangka menengah.
Dalam proyeksinya, Andy memperkirakan harga emas berpeluang menguat hingga mendekati US$ 4.650 per troy ounce atau sekitar Rp77,9 juta pada pekan depan, selama tekanan beli mampu dipertahankan.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa risiko koreksi tetap perlu diantisipasi.
"Meski tren utama masih bullish, volatilitas pasar dapat meningkat sewaktu-waktu, terutama jika muncul perubahan sentimen mendadak dari data ekonomi atau pernyataan pejabat bank sentral," ujarnya.
Dalam skenario sebaliknya, jika harga emas mengalami pembalikan arah dan menembus level kunci US$ 4.252, tekanan jual berpotensi membawa harga turun menuju US$ 4.175. Area tersebut akan menjadi titik penting untuk menguji kekuatan tren berikutnya.
Andy menegaskan bahwa ekspektasi kebijakan moneter The Fed menjadi katalis utama.
"Pasar semakin memprice-in kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif pada 2026," jelasnya.
Kondisi tersebut menekan imbal hasil obligasi AS dan melemahkan dolar AS, dua faktor yang secara historis memberikan dukungan kuat bagi harga emas.
"Meski outlook masih positif, investor tetap disarankan disiplin dalam manajemen risiko," tutup Andy.